Triwulan I-2024 Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,11%

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, selama triwulan I-2024 perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.288,3 triliun, dan berdasarkan harga konstan 2010 Rp3.112,9 triliun.
“Dengan demikian ekonomi Indonesia pada triwulan pertama 2024 tumbuh 5,11 persen dibanding triwulan pertama 2023 yang tercatat 5,04 persen (yoy),” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, hari ini (6/5/2024).
Ia menyebut pertumbuhan ekonomi triwulan I-2024 itu menjadi pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tertinggi sepanjang periode kedua pemerintahan Jokowi (2019 – 2024). Beberapa hari sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2024 bisa mencapai 5,17%.
Dari sisi produksi, lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 18,88%. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 24,29%. Kelompok provinsi di Pulau Jawa masih memberikan kontribusi terbesar (57,70%) terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut, kendati pertumbuhannya melambat 4,84% dibanding triwulan I-2023.
Namun secara kuartalan (qtq), pertumbuhan ekonomi triwulan I-2024 turun 0,83% dibanding triwulan IV-2023. Dari sisi produksi kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada lapangan usaha jasa pendidikan sebesar 10,34%. Dari dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) mengalami kontraksi terdalam sebesar 36,69%. “Kontraksi pertumbuhan ekonomi secara kuartalan itu, sejalan dengan pola musiman pada tahun-tahun sebelumnya,” ujar Amalia.
Ia menjelaskan, dari sisi pengeluaran pendorong pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 terbesar masih konsumsi rumah tangga sebesar 54,93%, dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong oleh momen Ramadan. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu terutama terjadi pada transportasi dan komunikasi, jumlah penumpang angkutan rel, laut, dan udara, serta restoran dan hotel.
Baca juga: Konsumen Optimis dengan Kondisi Ekonomi, Penjualan Eceran Tetap Kuat
Sementara PMTB tumbuh 3,97% dengan kontribusi ke pertumbuhan ekonomi 29,31%. Pertumbuhan PMTB didorong oleh seluruh pertumbuhan kelompok barang modal kecuali kendaraan, terutama pembangunan gedung dan bangunan.
“Kedua komponen ini memberikan sumbangan terbesar terhadap PDB, masing-masing 54,93 persen dan 29,31 persen terhadap total PDB,” ungkap Amalia.
Ekspor juga masih tumbuh 0,50% dengan kontribusi 21,37%. Sedangkan impor tumbuh 1,77% dengan kontribusi berupa kontraksi 19,77%. Konsumsi pemerintah tumbuh 19,90%, terutama didorong oleh kenaikan belanja pemilu dan belanja pegawai. Komponen ini menyumbang 6,25% terhadap total PDB. Konsumsi LNPRT yang tumbuh 24,29%, atau paling tinggi dibanding komponen lain, juga didorong oleh peningkatan kegiatan dalam rangka pemilu selain momen Ramadan.