Transaksi Digital dan Uang Elektronik Terus Melesat, Kartu ATM Makin Ditinggalkan

Kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap kuat didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal. Menurut keterangan tertulis Asisten Gubernur Bank Indonesia/Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono akhir pekan ini, pada Mei 2024 transaksi BI-RTGS naik 0,16% secara tahunan (yoy), mencapai Rp14.557,29 triliun.
Sedangkan transaksi BI-Fast tercatat Rp701,61 triliun atau melesat 53,08%. Begitu pula transaksi Uang Elektronik (UE), meningkat pesat 35,24% mencapai Rp92,79 triliun.
Transaksi digital banking juga meningkat, mencapai Rp5.570,49 triliun atau tumbuh 10,82% (yoy), kalah tinggi dibanding BI-Fast dan UE.
Pesatnya penggunaan aneka transaksi digital itu tercermin dari transaksi QRIS yang meroket 213,31% (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 49,76 juta dan jumlah merchant 32,25 juta.
BI-Fast adalah transaksi realtime online yang dibangun BI, serupa dengan digital banking yang dikembangkan perbankan sebagai mekanisme transfer realtime online antar-bank.
Bedanya transaksi menggunakan BI-Fast diselaraskan dengan jadwal kliring bank-bank yang ditentukan bank sentral itu. Sedangkan transaksi digital banking dilakukan langsung antar bank sehingga bisa sedikit lebih cepat, dalam hitungan detik.
UE atau e-money adalah alat pembayaran dalam bentuk elektronik yang ditempatkan di media digital. UE tersedia setelah pemilik dana menyetor uang fisik. e-money Mandiri, Flazz BCA, Brizzi BRI, Gopay, ShopeePay, LinkAja, dan JakOne Bank DKI, adalah sederet contoh UE.
QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard) adalah standar kode QR yang dikembangkan BI dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), untuk mengintegrasikan seluruh metode pembayaran nontunai di Indonesia.
Dengan adanya QRIS, setiap penyedia layanan pembayaran tidak perlu memiliki kode QR sendiri seperti dulu. Kini mereka memiliki standar kode QR bersama yang dapat digunakan oleh seluruh penyedia layanan pembayaran berbasis kode QR.
Sementara transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM/D terus menurun. Pada Mei turun 5,41% secara tahunan (yoy), mencapai Rp615,18 triliun. Transaksi kartu kredit meningkat 6,60% mencapai Rp35,18 triliun. Dari sisi pengelolaan uang rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) naik 6,82% menjadi Rp1.038,26 triliun.
Secara nasional, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Mei 2024 tumbuh lebih tinggi secara tahunan (yoy). Posisi M2 tercatat Rp8.965,9 triliun atau tumbuh 7,6%, lebih tinggi dibanding pertumnuhan April yang tercatat 6,9%.
Perkembangan itu terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) 6,3% dan uang kuasi 8,8%. Perkembangan M2 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih.
Baca juga: Penggunaan Kartu ATM Terus Merosot, Digital Banking Melesat
Penyaluran kredit pada Mei 2024 naik 11,4% dibanding 12,3% pada April. Kredit di sini hanya dalam bentuk pinjaman. Tidak termasuk surat utang, tagihan, dan sejenisnya. Juga bukan kredit yang diberikan kantor bank yang berkedudukan di luar negeri, dan kredit yang disalurkan kepada pemerintah pusat dan bukan penduduk.
Aktiva luar negeri bersih tumbuh 0,6%, lebih baik dibanding April yang terkontraksi 1,1%. Sementara tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat meningkat 22,7%, dibanding 25,8% pada April 2024.
M1 adalah uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro rupiah), UE, dan tabungan rupiah. Sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi, dan surat berharga yang diterbitkan sistem moneter dan dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai satu tahun.
Uang kuasi adalah dana pihak ketiga (DPK) di lembaga keuangan yang terdiri dari simpanan berjangka dan tabungan (rupiah dan valas) serta giro valas.