Triwulan II Defisit Neraca Pembayaran Berkurang Drastis

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2024 masih defisit, namun jauh lebih baik daripada defsit triwulan satu, dan karena itu disebut Bank Indonesia (BI) mendukung mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
Neraca pembayaran adalah catatan transaksi ekspor impor barang dan jasa serta modal dan finansial antara sebuah negara dan negara lain selama jangka waktu tertentu.
Neraca pembayaran yang baik adalah yang surplus, karena menunjukkan nilai ekspor sebuah negara lebih tinggi daripada impor, sehingga memperkuat cadangan devisa dan ketahanan ekonominya terhadap gejolak ekonomi global termasuk gejolak nilai tukar.
Neraca pembayaran terdiri dari lima komponen utama. Yaitu, neraca transaksi berjalan, neraca modal, neraca finansial, selisih perhitungan bersih, dan lalu lintas moneter.
Mengutip keterangan tertulis BI, Kamis (22/8/2024), NPI pada triwulan II 2024 mencatat defisit (minus) 0,6 miliar dolar AS (USD), jauh lebih rendah dibanding defisit triwulan satu yang mencapai USD6,0 miliar.
“Perbaikan defisit NPI itu ditopang oleh peningkatan kinerja transaksi modal dan finansial yang mencatat surplus, serta defisit transaksi berjalan yang tetap terkendali,” tulis BI.
Neraca transaksi berjalan adalah alat ukur perdagangan internasional. Mencakup transaksi barang, jasa, pendapatan faktor produksi (dari aset dan tenaga kerja), dan transfer uang.
Kalau sebuah negara mencatat defisit transaksi berjalan, berarti negara itu menjadi peminjam neto dari negara-negara lain di dunia, dan karenanya membutuhkan modal atau aliran finansial untuk membiayai defisit tersebut.
Defisit transaksi berjalan yang besar membuat sebuah negara rentan terhadap gejolak ekonomi global, dan kurang menarik di mata investor. Investor portofolio misalnya, bila terjadi gejolak, mudah mengalihkan investasinya ke luar yang membuat nilai tukar mata uang negara itu ambruk.
Pada triwulan II-2024 neraca transaksi berjalan Indonesia tercatat defisit USD3,0 miliar atau 0,9 persen dari produk domestik bruto (PDB), meningkat dibanding defisit USD2,4 miliar atau 0,7 persen dari PDB pada triwulan I-2024.
Sejak triwulan IV 2011 Indonesia terus mengalami defisit transksi berjalan, yang menjadi penyumbang utama defisit neraca pembayaran. Menurut IMF, defisit transaksi berjalan di bawah 1,5 persen PDB masih dikategorikan normal.
Dengan defasit neraca pembayaran yang jauh lebih rendah, menurut BI, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni terjaga di angka USD140,2 miliar, atau setara pembiayaan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Kalau neraca transaksi berjalan defisit, neraca perdagangan surplus. Disumbang defisit neraca perdagangan migas yang menurun dan surplus neraca perdagangan nonmigas yang relatif stabil.
Ekspor nonmigas tumbuh positif didukung perbaikan harga komoditas dan permintaan dari mitra dagang utama. Sementara impor nonmigas relatif stabil, dipengaruhi aktivitas ekonomi domestik yang terjaga.
Baca juga: Juli 2024 Surplus Neraca Perdagangan Anjlok
Sedangkan neraca jasa juga defisit. Defisitnya meningkat dipengaruhi oleh defisit jasa perjalanan (travel), seiring pelaksanaan ibadah haji 2024. Defisit neraca pendapatan primer juga lebih tinggi, dipengaruhi oleh pembayaran dividen dan bunga/kupon sesuai pola triwulanan.
Sementara transaksi modal dan finansial membaik di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Transaksi modal dan finansial mencatat surplus USD2,7 miliar pada triwulan II 2024, dari defisit USD1,6 miliar pada triwulan I 2024.
Kinerja positif itu terutama ditopang oleh aliran masuk modal asing pada investasi portofolio (seperti SBN dan SBRI), di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
“Investasi langsung juga tetap membukukan surplus, sejalan dengan optimisme investor terhadap prospek ekonomi dan iklim investasi Indonesia,” tulis BI.
Investasi lainnya mencatat penurunan defisit, dipengaruhi oleh penurunan investasi swasta pada beberapa instrumen finansial luar negeri, di tengah peningkatan pembayaran utang luar negeri swasta sesuai jadwal.
BI memperkirakan NPI 2024 tetap terjaga, dengan defisit transaksi berjalan 0,1 – 0,9 persen. Neraca transaksi modal dan finansial tetap surplus, didukung peningkatan aliran masuk modal asing baik dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan investasi portofolio.