Jumat, September 5, 2025
HomeNewsEkonomiSeptember Lagi-Lagi Deflasi, Kali Ini Jauh Lebih Tinggi

September Lagi-Lagi Deflasi, Kali Ini Jauh Lebih Tinggi

Terus merosotnya harga bahan makanan di pasaran, membuat Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali mengalami deflasi. Deflasi adalah kondisi di mana harga sekumpulan barang dan jasa yang disurvei mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada September 2024 terjadi deflasi 0,12 persen secara bulanan atau month to month (mtm). Deflasi September 2024 itu jauh lebih tinggi dibanding Agustus 2024 yang hanya 0,03 persen (mtm).

“Terjadi penurunan IHK dari 106,06 poin pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024,” kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (1/10/2024).

Deflasi September 2024 itu menjadi yang kelima selama 2024 secara bulanan. Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi September 2024 itu adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan deflasi 0,59 persen, dengan andil terhadap deflasi 0,17 persen.

Bahan makanan yang merupakan produk dengan harga bergejolak (volatile food) adalah penyumbang terbesar IHK atau inflasi.

Karena kembali terjadi deflasi dan jauh lebih tinggi pada September 2024, secara tahunan (yoy) IHK mencatat inflasi yang lebih rendah 1,84 persen dibanding inflasi Agustus 2024 yang 2,12 persen (yoy).

Sementara inflasi year to date (y-to-d) September 2024 mencapai 0,74 persen, menurun dibanding Agustus 2024 yang tercatat 0,87 persen (ytd).

Pemerintah dan Bank Indonesia menargetkan inflasi tahun ini di kisaran target 2,5 persen plus minus 1 persen.

Kendati September 2024 deflasi lagi dan jauh lebih dalam, BPS mengungkapkan inflasi tahunan (yoy) komponen inti September 2024 tercatat 2,09 persen, mtm 0,16 persen, dan ytd 1,69 persen.

Inflasi inti September 2024 itu meningkat dibanding Agustus 2024 yang tercatat 2,02 persen (yoy), 0,20 persen (mtm), dan 1,52 persen (ytd).

Baca juga: BPS: Deflasi 4 Bulan Beruntun Bukan Karena Kendurnya Daya Beli

Inflasi inti adalah komponen inflasi yang cenderung stabil, dipengaruhi faktor-faktor seperti interaksi permintaan dan penawaran, nilai tukar, ekonomi dan harga komoditas global, serta ekspektasi inflasi di masa depan.

Inflasi inti mengukur kenaikan harga barang dan jasa di luar bahan makanan yang masuk komponen bergejolak (volatile food), dan harga komoditas yang diatur pemerintah (administered prices) seperti BBM.

Karena itu inflasi inti menjadi indikator daya beli masyarakat dari konsumsi barang sekunder dan tersier alias non pangan.

Menurut pemerintah, tetap meningkatkanya inflasi inti menunjukkan, deflasi lima bulan berturut-turut selama Mei-September 2024 bukan karena melemahnya daya beli, tapi karena melimpahnya pasokan bahan makanan yang membuat harganya terus turun.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini