Sabtu, September 6, 2025
HomeBankIni Dua Fenomena Sosial Baru yang Terjadi di Kalangan Generasi Digital

Ini Dua Fenomena Sosial Baru yang Terjadi di Kalangan Generasi Digital

Inklusi atau perluasan akses keuangan harus selalu disertai dengan literasi keuangan. Dengan demikian masyarakat lebih bijak memanfaatkan produk keuangan, dan bisa diarahkan pada hal yang produktif seperti investasi.

Karena itu dalam Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2024 yang dibuka akhir pekan lalu di Balikpapan, Kalimantan Timur, diadakan juga Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like It).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam rilisnya Senin (9/10/2024) menyebutkan, Like It adalah event kolaborasi OJK dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) dalam Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK).

Like It bertujuan menyebarluaskan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya literasi keuangan, dan memupuk budaya berinvestasi melalui pemanfaatan produk dan layanan jasa keuangan formal.

Rangkaian acara Like It 2024 berlangsung dalam tiga seri dan diselenggarakan secara bergantian oleh anggota FK-PPPK.

Dari OJK pematerinya adalah Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi.

Fokus Like It 2024 dengan tema ““GENCARKAN Investasi bagi Generasi Muda Menuju Indonesia Maju” itu adalah kaum zoomers atau Gen Z, karena jumlahnya mendominasi populasi Indonesia, mencapai 27,94 persen.

Apalagi karena lahir dan tumbuh di era digital, Gen Z juga dihadapkan dengan berbagai fenomena sosial yang dipengaruhi oleh dunia digital.

Yaitu, you only live once (YOLO), fear of missing out (FOMO), dan fear of other people opinion (FOPO), yang cenderung mengarahkan mereka ke pola hidup konsumtif dan tidak bijak mengelola keuangan.

“Karena itu literasi keuangan sangat penting bagi mereka selain inklusi keuangan, agar mereka bijak dan cerdas mengelola keuangan, berorientasi ke masa depan, terhindar dari kejahatan keuangan, dan bisa jadi agen literasi di masyarakat,” jelas Friderica.

Baca juga: Friderica OJK: Literasi Sudah Baik, Tapi Sering Kalah Oleh Sikap Tamak dan Serba Instan

Belakangan muncul fenomena sosial lain di kalangan generasi milenial dan Gen Z yang juga dipengaruhi oleh dunia digital.

Yaitu, doom spending atau sikap impulsif dalam berbelanja tanpa mempertimbangkan penting atau tidaknya suatu barang untuk dibeli.

Kemudian instant gratification atau perilaku untuk secepatnya mendapatkan apa yang diinginkan, tanpa upaya menundanya.

“Perilaku tersebut seharusnya diimbangi dengan delayed gratification, yaitu menunda pemenuhan kesenangan saat ini demi masa depan yang lebih baik,” ujar Friderica.

Karena itu penting juga bagi kaum muda, bahkan semua orang, untuk mampu membedakan antara need (kebutuhan) and want (keinginan), sehingga terhindar dari pola hidup konsumtif dan bisa lebih fokus berinvestasi.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini