Sabtu, September 6, 2025
HomeBankPerbankan Optimis dengan Kondisi Ekonomi, Tapi Gamang dengan Risiko Pasar

Perbankan Optimis dengan Kondisi Ekonomi, Tapi Gamang dengan Risiko Pasar

Survei Orientasi Bisnis Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (SBPO) yang dirilis beberapa hari lalu mengungkapkan, perbankan Indonesia optimis memandang kondisi makroekonomi pada triwulan IV 2024.

Tercermin dari Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi (IKM) triwulan IV 2024 sebesar 62, dibanding 59 pada SBPO triwulan III 2024. Indeks di atas 50 mencerminkan optimisme, di bawah 50 pesimis, dan sama dengan 50 stabil.

Faktor penbentuk IKM adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi, BI Rate, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD).

Peningkatan IKM triwulan IV itu dipengaruhi persepsi perbankan bahwa kondisi makroekonomi akan membaik, dan BI-Rate akan cenderung menurun.

“PDB diperkirakan tumbuh lebih tinggi pada triwulan empat dibanding realisasi triwulan tiga 2024 sebesar 4,95 persen (yoy). Sedangkan BI Rate diprediksi makin menurun seiring penurunan bunga acuan The Fed (bank sentral AS),” tulis hasil SBPO Triwulan IV 2024 itu.

BI menurunkan BI Rate dari 6,25 persen menjadi 6 persen pada akhir September 2024, dan masih bertahan hingga sekarang. Karena itu indeks PDB meningkat tinggi dari 58 (triwulan III 2024) menjadi 72 (triwulan IV), dan indeks BI Rate dari 56 menjadi 90.

Sementara tentang inflasi, kalangan perbankan makin pesimis. Tercermin dari indeksnya yang kian merosot dari 42 (<50 atau pesimis) menjadi 38.

Inflasi pada triwulan IV-2024 diperkirakan meningkat. Terutama didorong proyeksi peningkatan permintaan barang dan jasa akhir tahun, seiring libur tahun baru dan Natal, dan Pilkada.

Selain itu peningkatan inflasi juga dipengaruhi oleh konflik geopolitik yang tidak kunjung reda yang meningkatkan harga energi, dan kenaikan harga pangan karena berakhirnya musim panen.

“Inflasi Desember 2024 diperkirakan naik lebih tinggi dari realisasi inflasi September 2024 sebesar 1,84 persen,” tulis SBPO OJK itu.

Sedangkan tentang kurs rupiah, perbankan masih optimis. Tercermin dari indeks sebesar 51. Namun, indeks itu jauh merosot dibanding indeks nilai tukar triwulan III sebesar 79. Mengindikasikan perbankan kurang pede melihat potensi penguatan rupiah pada triwulan IV.

Baca juga: Rupiah Terus Melemah, Penyaluran Kredit Bisa Makin Payah

Begitu pula persepsi perbankan terhadap risiko pasar dan risiko kredit, masih di zona optimis. Tercermin dari Indeks Persepsi Risiko (IPR) triwulan IV sebesar 55 (>50). Namun, IPR ini menurun dibanding IPR triwulan III sebesar 57.

Komponen pembentuk IPR terdiri dari NPL/NPF (kredit bermasalah), NIM (selisih biaya dana dan bunga kredit), Posisi Devisa Neto (selisih aktiva dan pasiva dalam valas), dan cash flow (arus kas).

Tentang NPL/NPF perbankan optimis rasionya akan membaik pada triwulan IV dari 2,21 persen pada triwulan III. Karena itu indeksnya meningkat pesat dari 55 menjadi 65.

Menurut SBPO triwulan IV, seiring usaha melakukan monitoring dan penagihan nasabah kredit bermasalah serta pelaksanaan hapus buku untuk menekan peningkatan NPL, perbankan memperkirakan risiko kredit (NPL/NPF gross) pada triwulan IV-2024 membaik.

Namun, masih terdapat potensi peningkatan NPL dari pemburukan kredit restrukturisasi kolektibilitas 1 dan kredit kolektibilitas 2, seiring dengan menurunnya kondisi usaha debitur karena perekonomian yang belum stabil.

Mengenai NIM, perbankan memperkirakan meningkat atau lebih tinggi dibanding realisasi NIM September 2024 sebesar 4,60 persen, seiring proyeksi peningkatan penyaluran kredit.

Namun, optimisme terhadap peningkatan NIM itu tidak tinggi. Tercermin dari peningkatan tipis indeks NIM dari 54 (triwulan III) menjadi 55 (triwulan IV).

Sementara tentang PDN, perbankan pesimis kendati rasio PDN per September 2024 sebesar 1,56 persen masih pada level rendah, jauh di bawah threshold (ketentuan maksimal) 20 persen. Tercermin dari indeks PDN yang merosot dari 57 (>50 optimis) pada triwulan III menjadi 48 (<50 pesimis).

Begitu pula soal cash flow atau alat likuid (kas dan setara kas), perbankan masih optimis dengan indeks 53 pada triwulan IV, namun melorot dibanding indeks triwulan III sebesar 63.

Per September 2024 rasio alat likuid/NCD perbankan tercatat 112,66 persen, masih jauh di atas threshold 50 persen.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini