Perang Dagang Amerika-China, Ada Potensi Besar Untuk Sektor Industri Tanah Air

Terpilihnya Presiden Amerika Donald Trump akan menerapkan kebijakan hambatan tarif impor untuk beberapa produk yang berasal dari negara China. Kondisi ini akan membuat perusahaan dari China mencari lokasi-lokasi baru terutama di negara ASEAN untuk merelokasi pabrik.
Salah satu negara yang memiliki peluang ini adalah Indonesia dan kita harus mampu menangkap kesempatan yang ada. Dalam berbagai kesempatan Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan, kawasan industri di Indonesia harus mempersiapkan diri, salah satunya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batam.
Batam merupakan salah satu wilayah Indonesia yang secara lokasi cukup strategis terlebih karena berseberangan dengan negara seperti Singapura. Batam juga sudah dikenal sebagai wilayah bisnis yang ramai dengan jenis industri seperti semi konduktor, galangan kapal, hingga industri yang berhubungan dengan minyak dan gas.
Perusahaan konsultan dan riset properti Colliers Indonesia menyebut Batam memiliki potensi besar untuk industry elektronik. Hal ini didukung karena banyak perusahaan semi konduktor dan turunannya yang sudah beroperasi di Batam. Dengan statusnya sebagai KEK juga bisa memberikan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan maupun investasi di sana.
“Kami melihat setelah wilayah Jabodetabek seperti Subang, Jawa Tengah, maupun Surabaya juga memiliki potensi yang baik untuk perusahaan-perusahaan China yang ingin melakukan relokasi pabriknya,” ujar Rivan Munansa, Director Industrial & Logistic Services Colliers Indonesia dalam siaran pers yang diterbitkan Selasa (4/02).
Wilayah di Jawa Tengah seperti Semarang dan Kendal juga sudah ada investasi pabrik untuk industri garmen, tekstil, dan industri padat karya lainnya. Minat investasi dari sektor motor listrik juga cukup besar sementara di Brebes dan Tegal juga merupakan daerah yang berpotensi untuk perluasan industry usaha padat karya.
Bagi perusahaan dengan bidang usaha seperti electric vehicle (EV) bisa melirik wilayah Subang sedangkan perusahaan yang bergerak di bidang fast-moving consumer goods (FMCG) mempertimbangkan wilayah Surabaya.
Baca juga: Menko Airlangga: Sekarang Era Kawasan Industri Green and Smart
Bagi kawasan industri yang belum dipasarkan ke publik, salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan mempercepat pembangunan kawasan industri baru. Hal ini termasuk memastikan ketersediaan utilitas dan infrastruktur yang memadai. Ketersediaan ini menjadi sangat penting agar ketika ada permintaan dari perusahaan China yang ingin melakukan relokasi, sudah ada lahan yang siap untuk dibangun.
Selain itu, koneksi dari kawasan industri dengan beberapa jalan tol utama termasuk yang mengarah ke dan dari pelabuhan serta bandar udara harus terhubung dengan baik. Tanpa adanya kesiapan akses beserta utilitas memadai akan sulit menarik minat perusahaan yang sedang mencari lahan untuk relokasi pabrik mereka.
“Dalam hal ini kami menilai pengaruhnya tentu akan menjadi positif dikarenakan keadaan ekonomi di China sendiri yang cukup stagnan ditambah potensi perang tarif dengan Amerika maka pengaruhnya terhadap tren ini akan cukup besar. Ini akan menarik bagi pasar industri di Indonesia bila bisa menangkap kesempatan yang baik ini,” bebernya.
Untuk itu Indonesia harus mampu untuk lebih bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Vietnam, Malaysia, Thailand, atau Kamboja. Indonesia harus memiliki sistem perijinan yang lebih baik, dari sisi regulasi dan birokrasi harus diperbaiki agar dapat menawarkan sesuatu yang lebih menarik bagi perusahaan yang akan melakukan relokasi pabrik ke Indonesia.