Soal Banjir Jabodetabek, Perlu Pembenahan Bantaran Sungai, RTH, Hingga Pembuatan Resapan Air

Banjir di wilayah Jabodetabek kembali terjadi sejak pekan lalu yang disebut akibat curah hujan tinggi di area hulu yaitu Kabupaten Bogor. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan yang tinggi masih akan terus terjadi hingga di atas tanggal 11 Maret yang membuat potensi banjir tetap tinggi.
Menurut Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Joga, banjir yang selalu berulang ini harus ditangani oleh setiap pemerintah daerah dengan melakukan penataan tata ruang kotanya terlebih dengan curah hujan ekstrim yang mencapai 190 mm/hari. Perhatian khusus juga perlu dilakukan untuk permukiman yang berada di bantaran Sungai dan sekitarnya.
“Permukiman yang berada tepat di bantaran sungai sebaiknya segera direlokasi ke Rusunawa terdekat dan langsung dilakukan penataan pada area badan sungai dengan dikeruk, diperlebar, dan dihijaukan. Ke depan, lokasi permukiman di bantaran kali perlu didata berapa jumlah warga yang akan direlokasi dan pemda dapat membangun rusunawa mixed use di kelurahan, kecamatan, sekolah negeri yang dekat lokasi bantaran sungai,” ujarnya kepada housingestate.id Sabtu (8/03).
Selanjutnya, keberadaan sungai juga harus didukung dengan optimalisasi situ, danau, embung, waduk, yang sudah ada dan jika perlu dibangun danau maupun waduk-waduk baru untuk membantu menampung luapan air sungai dan diresapkan ke dalam tanah untuk mengurangi air sungai secara signifikan sehinga tidak meluap dan membanjiri permukiman.
Baca juga: Perumahan Subsidi Banjir, Menteri PKP Minta Pengembang Bertanggung Jawab
Kawasan permukiman juga harus menyediakan mulai dari sumur resapan di setiap halan rumah, taman lingkungan untuk menyerap air, serta saluran air yg besar utk menampung air hujan dan dialirkan ke situ, danau, embung, waduk (SDEW) terdekat untuk ditampung dan diserapkan ke dalam tanah.
Semakin luas keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) dan SDEW maka akan semakin besar kemampuan tanah untuk menyerap air dan mengurangi genangan air. Seluruh kota harus merehabilitasi seluruh saluran air kota yang sudah tidak mampu menampung air hujan.
“Saluran air juga harus diperbesar dimensi saluran sesuai kelas jalannya dan saluran air harus terhubung dengan SDEW terdekat untuk ditampung luapan air hujan di kawasan tersebut. Kemudian modifikasi cuaca juga penting untuk mengurangi intensitas hujan dan mendistribusikan ke wilayah lain tapi ini tidak menyelesaikan masalah banjir kalau langkah-langkah yang tadi dibeberkan tidak dilakukan,” pungkas Nirwono.