Sabtu, September 6, 2025
HomeNewsEkonomiSelama 2025 Asing Cabut dari Pasar Saham Senilai Rp32 Triliun

Selama 2025 Asing Cabut dari Pasar Saham Senilai Rp32 Triliun

Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen s.d. 26 Maret 2025, Bank Indonesia (BI) melalui keterangan resmi, Jum’at (28/3/2025), melaporkan nonresiden atau investor asing melakukan penarikan dana dari pasar saham Indonesia sebesar Rp32,02 triliun, serta beli neto (menempatkan dana) sebesar Rp16,08 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp10,98 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonbesia (SRBI).

Sementara berdasarkan data transaksi 24 – 26 Maret 2025 saja, investasi asing portofolio tercatat mulai kembali masuk (beli neto) ke Indonesia senilai Rp1,93 triliun.

Terdiri dari beli neto senilai Rp2,63 triliun di pasar saham, serta jual neto Rp0,51 triliun di pasar SBN, dan Rp0,19 triliun di SRBI.

Secara keseluruhan, saat ini asing memandang risiko berinvestasi di Indonesia lebih tinggi. Tercermin dari premi risiko berinvestasi atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 26 Maret 2025 sebesar 90,84 bps, naik dibanding 21 Maret 2025 sebesar 90,41 bps.

Para pengamat menyatakan, yang membuat investor asing lebih was-was berinvestasi di Indonesia saat ini, adalah kondisi fiskal Indonesia terutama terkait rencana belanja negara melalui program populis Presiden Prabowo Subianto Makan Bergizi Gratis (MBG).

Untuk tahun ini saja anggarannya mencapai Rp171 triliun, sehingga mengundang pertanyaan mengenai kesehatan fiskal Indonesia yang memicu penarikan dana oleh investor asing. Untuk memenuhi belanja jumbo itu, Prabowo memangkas belanja barang hingga 40 persen dan melakukan realokasi subsidi.

Baca juga: Selama 4 Hari Modal Asing Kabur Rp10,33 Triliun, Paling Banyak dari Pasar Saham

Pemangkasan anggaran itu dilakukan saat daya beli dan konsumsi masyarakat melemah. Karena itu begitu Prabowo dilantik, asing sudah mulai melepas investasinya di pasar modal dengan puncaknya selama sebulan terakhir.

Lima bulan terakhir BBC Indonesia mencatat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah longsor 19,48 persen dari level 7.772 pada Oktober 2024. Pada 18 Maret 2025, IHSG bahkan anjlok 6,12 persen ke posisi 6.076 sebelum akhirnya sedikit membaik saat ini.

Anjlok tajamnya IHSG itu sempat membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham atau trading halt selama 30 menit pada sesi pertama atau tepatnya pukul 11.19 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).

Faktor lain yang memicu kekhawatiran investor adalah pembentukan badan investasi Danantara yang terkesan terburu-buru, dengan pengurusnya sebagian terafiliasi partai politik.

Kemudian juga penyusunan dan pengesahan UU TNI yang baru yang juga terkesan dipaksakan, tertutup, dan terburu-buru yang memicu protes dari kalangan sipil dan mahasiswa. Investor asing memandang UU TNI yang baru itu kemunduran demokrasi yang dampaknya bisa mengganggu ekonomi Indonesia.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini