Selasa, Oktober 21, 2025
HomeApartmentQ1 2025 Seluruh Sektor Properti Penuh Tantangan

Q1 2025 Seluruh Sektor Properti Penuh Tantangan

Kinerja sektor properti untuk periode kuartal pertama (Q1) 2025 memperlihatkan dinamika yang cukup signifikan. Beberapa sektor seperti ritel masih menunjukkan situasi yang positif tapi pasar perhotelan mengalami sedikit penurunan khususnya akibat efisiensi anggaran pemerintah.

Sementara itu sektor perkantoran dan apartemen terus mengalami koreksi akibat kondisi ekonomi yang kurang stabil khususnya dampak akibat pemberitaan tentang perang tarif yang saat ini berlangsung sehingga membuat berbagai pihak bertanya-tanya apakah kondisi ini akan memberikan dampak terhadap sektor properti.

Menurut Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia, perang dagang tidak memberikan dampak langsung pada sektor properti namun ada kekhawatiran terkait perlambatan ekonomi di Indonesia yang memang menggenjot ekspor ke negara lain.

“Berkurangnya ekspor tentu akan menyebabkan beban bagi negara dan bila pemasukan negara berkurang, hal ini tentunya akan berpengaruh pada perekonomian. Dengan kondisi ekonomi yang menurun pastinya sektor properti akan terkena dampaknya,” ujarnya dalam siaran pers yang diterbitkan Rabu (23/04).

Namun begitu menurut Ferry, di tengah kondisi ini tetap ada peluang untuk sektor properti khususnya segmen industrial. Kondisi ini bisa memicu perusahaan multinasional untuk merelokasi pabrik dari China ke negara-negara dengan biaya yang lebih murah dan itu salah satunya Indonesia.

Potensi yang masih mengemuka dari sektor properti ini menciptakan peluang yang lebih besar bagi sektor manufaktur terutama dalam industry elektronik, tekstil, dan otomotif. Di luar berbagai situasi saat ini, performa tiap-tiap sektor juga berbeda pada Q1 2025 karena beberapa sektor masih memiliki potensi yang cukup baik dengan proyeksi positif kendati beberapa sektor masih terkoreksi.

Sektor perkantoran misalnya, tiga bulan pertama 2025 masih mencatatkan sedikit permintaan dibanding periode yang sama tahun 2024. Dengan kondisi ketidakstabilan situasi ekonomi, pemulihan untuk sektor ini masih akan terus tertekan kendati ada juga potensi membaik dengan pertumbuhan moderat.

Situasi ini akan membuat pemilik properti tetap berhati-hati menerapkan biaya sewa khususnya untuk gedung perkantoran yang kesulitan mencapai tingkat okupansi yang sehat. Lansekap ekonomi yang tidak pasti kemungkinan akan terus mempengaruhi aktivitas sewa kantor di mana banyak penyewa yang masih ragu untuk berkomitmen jangka panjang.

Baca juga: Colliers: Awal Tahun Ekspektasi Tinggi untuk Bisnis Properti, Lewat 3 Bulan Melempem

Untuk sektor apartemen di Jakarta pada periode ini masih didukuung oleh insentif pemerintah yaitu pembebasan PPN 100 persen untuk paruh pertama tahun ini dan 50 persen di semester kedua. Namun begitu kinerja penjualan belum akan mengalami perubahan karena dampak insentif di sektor apartemen tidak terlalu bepengaruh pada penjualan dibandingkan rumah tapak.

Colliers memperkirakan dinamika ini akan berlanjut sepanjang tahun 2025. Para pengembang juga akan tetap fokus pada penyelesaian proyek yang ada dan untuk menghabiskan sisa stok lama daripada meluncurkan proyek baru. Colliers menyarankan pengembang tetap mendorong pembangunan proyeknya untuk meningkatkan kepercayaan pasar.

Sektor ritel ditandai oleh pemilik toko yang berhati-hati dalam ekspansi karena menurunnya daya beli khususnya di segmen menengah bawah yang belum stabil. Di sisi lain, mal terus berkembang dengan penyewa baru yang fokus pada segmen rekreasi dan hiburan, pengalaman digital interaktif, dan konsep makan yang beragam.

Sementara sektor perhotelan di Jakarta diperkirakan menjadi titik terendah karena lambatnya aktivitas bisnis dan bulan Ramadan yang jatuh bulan Maret yang membuat bulan Maret menjadi periode kinerja terendah sepanjang tahun 2025. Untuk perhotelan di Bali juga terdampak efisiensi pemerintah namun masih melayani dari segmen wisatawann rekreasi.

“Secara umum seluruh sektor properti masih mengalami berbagai tantangan yang cukup besar. Perekonomian global yang berdampak signifikan pada pasar domestik maupun berbagai isu lainnya. Akhirnya prinsip “jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang” sangat relevan untuk diterapkan,” pungkas Ferry.

Berita Terkait

Ekonomi

Menko Airlangga: Program Magang Akan Lebih “Ngegas”, Daftar Lewat MagangHub

Program magang bagi fresh graduate (sarjana/diploma) tahap pertama (batch...

BNI Sediakan Trade Facility Untuk Geo Pipa Energi, Dorong Sustainable Finance

Bank BNI memperkuat komitmen terhadap pengembangan energi baru dan...

Penyaluran Kredit Diperkirakan Baru Meningkat Pada Triwulan IV

Survei Perbankan Bank Indonesia yang dipublikasikan, Senin (20/10/2025) mengindikasikan,...

Program Magang Berbayar Dibuka Lagi November, Kali Ini Untuk 80 Ribu Sarjana/Diploma

Pemerintah melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sudah meresmikan peluncuran...

Berita Terkini