Ini Cat Ramah Alam dengan Ketahanan Seusia Bangunan
Cat paling lazim dipakai orang untuk mempercantik tampilan rumah beton, baik di dalam (interior) maupun luar (eksterior). Tapi, problem pada cat adalah daya tahannya. Aplikasi cat dengan kualitas terbaik pun, daya tahannya hanya sekitar 6-8 tahun. Setelah itu cat memudar yang membuat tampilan rumah jadi kusam.
Hal itu bisa terjadi, karena yang dipakai orang saat ini semuanya cat dekoratif berbasis air (waterbased) dari bahan sintetis atau akrilik (turunan minyak bumi) atau bahan organik. Sementara bangunan rumah beton terbuat dari adukan semen. Jadi keduanya, cat dan beton, tidak bersenyawa (menyatu). Cat hanya merekat atau menempel pada dinding rumah.
Sebenarnya sudah ada solusi terhadap persoalan tersebut. Yaitu, cat yang terbuat dari mineral atau kapur. Di Indonesia sudah lama orang menggunakan cat kapur itu untuk melapisi dinding beton. Dengan cat kapur, cat dan dinding beton menyatu sehingga aplikasi cat bertahan sangat panjang, mengikuti keberadaan bangunan.
Bila dinding terlihat mulai kusam, tinggal dibersihkan dengan air, tidak perlu dikerok, sebelum dicat ulang. Pengecatan ulang tidak memerlukan cat dasar (primer). Berbeda dengan cat akrilik. Karena hanya menempel pada dinding beton, cat harus dibersihkan dengan dikerok sebelum dicat ulang. Pengecatan juga harus didahului cat primer sebelum dilapisi cat utama.

Masalahnya, pilihan warna cat kapur yang sejak dulu banyak dipakai secara tradisional di Indonesia itu terbatas pada warna putih. Waktu itu belum ditemukan pigmen warna yang bisa ditambahkan pada adukan cat. Selain itu bila disentuh, warna putih cat itu juga menempel di tangan atau pakaian. Karena itu pemakaian cat kapur tidak berlanjut, digantikan cat akrilik yang memiliki variasi warna sangat beragam.
Cat potasium silikat
Sebenarnya sejak ratusan tahun lalu, tepatnya tahun 1878, sudah ada cat dekoratif dari mineral potasium silikat yang dilengkapi pigmen warna. Yaitu, KEIM yang diciptakan Adolf Wilheim Keim di Diedorf, Jerman. Hanya saja baru masuk ke Indonesia sejak dua dekade lalu.
Keim terbuat dari campuran potasium silikat cair (waterglass) dan pigmen warna mineral, yang membuatnya tahan terhadap berbagai kondisi cuaca. Potasium silikat adalah senyawa anorganik yang terdiri dari kalium, silikon, dan oksigen.
Kegunaan potasium silikat banyak, termasuk untuk pupuk, bahan pemadat beton, serta penghambat korosi dan api. Mineral ini juga bisa dipakai sebagai bahan cat tembok, produk kaca, keramik, dan tekstil.
Baca juga: KEIM, Cat dari Mineral dengan Ketahanan Luar Biasa dan Ramah Lingkungan
Saat ini Keim dikenal sebagai pemimpin dunia untuk cat silikat, karena kualitas produknya yang tinggi dan proses produksinya yang efisien. Bahkan, di Jerman dan Eropa, cat premium ini sudah menjadi nama generik untuk produk cat.
“Kalau bicara cat, orang-orang di sana bilang di-Keim-in aja,” kata Dicky Ferdian, Direktur Utama PT Romulo Nusantara Perkasa (RNP), kepada pers di sela-sela pameran bahan bangunan Megabuild Indonesia 2025 di JCC, Jakarta akhir pekan lalu (26/4/2025). RNP adalah official partner KEIM Silicate Mineral Paint di Indonesia sejak 2014.
Di Indonesia pada awalnya Keim lebih banyak dipakai dalam restorasi bangunan bersejarah seperti Museum Bank Indonesia (BI), Museum Fatahillah, Gereja Immanuel, dan Gereja Katedral (ketiganya di Jakarta), serta benteng Van den Bosch di Ngawi, Jawa Timur, dan gedung lama BI di Surakarta, Jawa Tengah.
Yang pertama kali membawa Keim ke Indonesia tahun 2006 adalah arsitek senior Han Awal (alm). Jebolan Technische Universitat, Berlin, Jerman, itu menggunakan Keim untuk merestorasi berbagai bangunan cagar budaya.

Salah satu karya restorasi arsitek senior itu adalah Museum BI di kawasan Kota, Jakarta, yang diresmikan Presiden SBY pembukaannya medio 2009. Setelah hampir 15 tahun, aplikasi cat Keim di museum tersebut tetap terlihat kinclong.
Garansi warna 10 tahun
Khusus warna, Keim memberikan garansi 10 tahun. Warnanya bisa diting-ting di Indonesia sesuai permintaan. Tersedia hingga 290 pilihan warna dengan 10 warna dasar.
Menurut Dicky, ketahanan cat Keim memang sudah tidak diragukan. Sudah sangat banyak bangunan baik lama maupun modern yang menggunakan Keim di seluruh dunia, dengan kondisi cat terlama sudah berumur lebih dari 100 tahun.
Antara lain rumah Weisser Adler di Stein an Rhein di Swiss yang dicat tahun 1890, dan masih bertahan sampai sekarang dengan original painting Keim. Kemudian Balai Kota Schwyz, Swiss, yang dicat dengan Keim tahun 1891.
Cat Keim bisa begitu tahan lama, karena cat dan tembok beton yang dilapisinya sama-sama terbuat dari mineral. Jadi, aplikasi Keim bersenyawa (bonding) dengan dinding beton sehingga cat sangat tahan terhadap UV, cuaca, polusi, dan tidak mudah terbakar (non-flammable).
“Daya tahan cat sama panjangnya dengan usia bangunan. Kalau mau dicat ulang, dinding tinggal dibersihkan. Kemudian langsung dicat ulang tanpa perlu cat dasar, karena Keim bersenyawa atau menyatu dengan tembok,” jelas Dicky.
Ini berbeda dengan cat akrilik yang hanya menempel pada dinding. Karena itu daya tahannya lebih pendek dan lebih kurang tahan cuaca. Bila dinding hendak dicat ulang, cat lama harus dikelupas. Setelah bersih, baru dicat ulang, didahului cat dasar yang berfungsi menguatkan daya rekat cat utama, sebelum dilapisi cat utama.
Dinding tetap bernafas dan VOC mendekati nol
Karena menyatu dengan dinding beton, aplikasi Keim juga tidak menutup pori-pori dinding seperti pada cat akrilik, sehingga dinding beton tetap bisa bernafas (breathable). “Jadi, kandungan air pada dinding setelah dicat tetap bebas menguap dan dinding tidak lembab,” tutur Dicky.

Ia menjelaskan, karena kualitas tinggi dan daya tahannya yang luar biasa terhadap cuaca, ditambah pilihan warna yang sangat variatif, sejak sekian tahun belakangan Keim sudah banyak dipakai di rumah-rumah pribadi dan bangunan modern di Indonesia. “Kehadiran di Megabuilsd dimaksudkan untuk makin memperluas pasar Keim itu,” terang Dicky.
Selain itu karena terbuat dari mineral, kandungan senyawa organik atau Volatile Organic Compound (VOC) pada cat Keim juga sangat kecil, kurang dari 1 gr/liter dibanding cat akrilik ramah lingkungan yang 25-30 gr.
Setelah diaplikasikan, cat Keim tidak menguarkan bau seperti cat dekoratif dari bahan akrilik. “Sangat ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan,” tukas Dicky. KEIM telah mendapat sertifikat “Cradle to Cradle” yang memastikan produk serta proses produksi dan bisnisnya benar-benar sudah ramah lingkungan dan sosial.
Cat artisan dan lebih efisien
Kelebihan lain Keim, produk catnya juga bisa berfungsi sebagai cat artisan selain cat tembok. KEIM Concretal Lasur misalnya, menawarkan inspirasi dan kreasi yang tak terbatas bagi artist, desainer, arsitek, dan pemilik bangunan. “Desain khusus seperti mural, colorwash, limewash, glaze teknik, monokrom, faux marbling, dan stensil teknik, sangat mudah diaplikasikan menggunakan KEIM,” ungkap Dicky.
Memang, harga cat Keim lebih tinggi dibanding cat akrilik terutama untuk cat eksterior. Saat ini sekitar Rp3 juta untuk cat interior (mulai dari 15 liter), dan Rp8,3 juta untuk cat eksterior (mulai dari 25 kg). Namun, dengan daya tahan yang demikian panjang, harga Keim justru lebih efisien.

Sementara untuk cat interior, perbedaan harga cat Keim dengan cat akrilik tidak banyak. Yaitu, antara Rp26.000/m2 (cat Keim) dan Rp20.000/m2 (cat akrilik termahal). Dengan daya tahan yang juga lama, harga cat interior Keim yang sedikit lebih tinggi itu juga lebih irit. Apalagi, aplikasi Keim baik pada eksterior maupun interior tidak perlu cat dasar.
Untuk interior, 1 liter cat Keim disebut Dicky cukup untuk melapisi bidang dinding seluas 4 m2 dua kali lapis. Sedangkan untuk eksterior, 1 kg cat Keim bisa melapisi permukaan dinding seluas 2,5 m2 dua kali lapis. Keim tersedia dalam kemasan minimal 5 liter (cat interior) dan 5 kg (cat eksterior).
Karena sifat catnya yang khas dan praktis satu-satu cat mineral di dunia sampai saat ini, Keim hanya dipasarkan di platform e-commerce dan secara direct selling. Tidak di toko-toko bahan bangunan baik yang konvensional maupun modern. “Supaya value cat ini tetap sampai ke konsumen. Karena itu tidak dipasarkan bebas di toko-toko bahan bangunan,” tutup Dicky.