Mantap! Nilai Tukar Rupiah Meroket Terhadap Dolar AS

Bank Indonesia (BI) melalui Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso melaporkan Jum’at (2/5/2025), sepanjang tahun 2025 (ytd) arus masuk modal asing portofolio ke Indonesia masih minus besar.
Berdasarkan data setelmen s.d. 30 April 2025, nonresiden atau asing tercatat jual neto (menarik dana) Rp49,56 triliun di pasar saham dan Rp12,05 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan hanya menempatkan duit (beli neto) Rp23,01 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Dengan demikian selama tahun ini hingga 30 April, arus masuk modal asing portofolio masih mencatat minus besar (jual neto) senilai Rp38,6 triliun.
Kondisi itu selaras dengan premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun yang meningkat cukup tinggi, dari 93,98 pada 25 April 2025 menjadi 97,18 bps pada 1 Mei 2025.
CDS adalah kontrak antara penjual dan pembeli CDS, dengan membayar biaya (premi tetap) selama periode tertentu (maturity) ditambah kompensasi tertentu bila terjadi gagal bayar.
Premi CDS yang tinggi mengindikasikan para investor menaikkan pembelian asuransi kredit dari sebuah institusi atau negara penerbit surat utang, karena menilai situasi saat ini jauh lebih berisiko daripada sebelumnya.
Dengan kata lain, premi CDS pada 24 April 2025 itu masih mencerminkan kekhawatiran investor yang cukup tinggi terhadap risiko investasi di Indonesia, baik karena faktor eksternal maupun internal.
Kendati demikian, menariknya situasi itu tidak membuat nilai tukar rupiah makin kendor, tapi justru meroket. Inilah gambaran ketidakpastian global yang kian tinggi, yang membuat semuanya menjadi makin sulit diprediksi.
Baca juga: Indeks Dolar Tetap Lemah, Nilai Tukar Rupiah Juga
Pada akhir perdagangan Rabu, 30 April 2025, rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.595 per dolar AS (USD) di pasar uang antar bank di Jakarta (Jisdor). Menguat 270 poin dibanding penutupan Kamis pekan lalu, 24 April 2025, di level Rp16.865.
Penguatan signifikan nilai tukar rupiah itu bersamaan dengan penurunan imbal hasil atau yield SBN 10 tahun ke level 6,85 persen, dan penurunan yield surat utang pemerintah AS atau US Treasury (UST) Note 10 tahun ke level 4,218 persen.
Penguatan indeks dolar atau DXY ke level 100,25 dibanding 99,38 pada akhir pekan sebelumnya, tidak menggoyahkan penguatan rupiah. DXY adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar AS (USD) terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss).
Pada pembukaan perdagangan Jumat, 2 Mei 2025, nilai tukar rupiah sedikit melemah (5 poin) ke level (bid) Rp16.600 per USD. Sementara yield SBN 10 tahun juga naik 1 persen ke level 6,86 persen.
Namun, pada akhir perdagangan Jum’at, 2 Mei 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD kembali melesat menjadi Rp16.493 atau menguat 107 poin dibanding kurs saat pembukaan perdagangan, atau 336 poin dibanding kurs penutupan perdagangan pekan lalu di level Rp16.829 per USD.
Kalau mengacu ke data Bloomberg, pada akhir perdagangan Jumat, 2 Mei 2025, rupiah di pasar spot meroket 139 poin atau 0,84 persen ke posisi Rp16.437,5 per USD dibanding sebelumnya di posisi Rp16.566 per USD.
Penguatan signifikan nilai tukar rupiah itu boleh jadi karena asing mulai kembali pede berinvestasi di Indonesia. Secara mingguan aliran masuk modal asing portofolio mulai positif.
Berdasarkan data transaksi 28 – 30 April 2025, secara agregat nonresiden tercatat beli neto Rp4,15 triliun. Terdiri dari jual neto Rp0,01 triliun di pasar saham, serta beli neto Rp0,22 triliun di pasar SBN dan Rp3,95 triliun di SRBI.
Itulah kenapa nilai minus arus masuk modal asing per 1 Mei 2025 sebesar Rp38,6 triliun itu, sudah berkurang dibanding 24 April 2025 yang tercatat hampir Rp43 triliun.