Penyaluran KPR Terus Menurun, Juga Penggunaan Kredit Bank oleh Developer

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih menjadi andalan sebagian besar konsumen dalam membeli rumah. Namun, pertumbuhan penyalurannya terus menurun selama lima triwulan terakhir.
Survei Harga Properti Residensial (SHPR) di pasar primer versi Bank Indonesia (BI) triwulan I 2025 yang dipublikasikan awal Mei 2025 melaporkan, total nilai KPR secara tahunan (yoy) selama triwulan pertama tahun ini hanya tumbuh 9,13 persen (yoy).
Pertumbuhan penyaluran KPR itu terus merosot dalam 5 triwulan terakhir. Sebagai perbandingan, pada triwulan IV 2024 penyaluran KPR tumbuh 9,67 persen (yoy), triwulan III 2024 sebesar 10,37 persen (yoy), dan triwulan II 2024 mencapai 13,97 persen (yoy).
Pertumbuhan penyaluran KPR pada triwulan II 2024 itu memang naik dibanding triwulan I 2024, namun sangat tipis, hanya 0,6 persen. Pertumbuhan penyaluran KPR triwulan I 2024 tercatat 13,91 persen (yoy).
Mengikuti penyaluran KPR itu, juga menurun penggunaan kredit perbankan untuk pengembangan proyek residensial. Sebaliknya porsi penggunaan dana sendiri oleh perusahaan developer untuk mengembangkan proyeknya makin besar. Sedangkan porsi pendanaan dari pembayaran konsumen relatif stabil.
Baca juga: KPR Masih Jadi Penopang Utama Penyaluran Kredit Konsumsi dan Properti
SHPR di pasar primer versi BI mencatat, pada triwulan I 2024 penggunaan dana internal perusahaan dalam pengembangan proyek residensial mencapai 72,93 persen, pembayaran dari konsumen 6,77 persen, dan kredit perbankan 20,3 persen.
Pada triwulan II 2024 penggunaan dana internal itu meningkat menjadi 74,69 persen, pembayaran konsumen 6 persen, dan kredit perbankan 19,31 persen.
Pada triwulan III dan IV 2024 persentase penggunaan dana internal itu stabil di level 74,31 persen dan 74,38 persen, pembayaran konsumen 6,01 persen dan 5,61 persen, serta kredit perbankan 19,68 persen dan 20,01 persen.
Namun pada triwulan I 2025 penggunaan dana sendiri oleh developer dalam pengembangan proyeknya itu melonjak menjadi 77,28 persen, pembayaran konsumen 6,10 persen, dan pinjaman perbankan merosot menjadi 16,62 persen.
Tidak ada penjelasan spesifik kenapa penggunaan KPR untuk pembelian rumah dan kredit perbankan dalam pengembangan proyek residensial itu terus menurun.
Tapi, kemungkinan besar karena penurunan aktivitas ekonomi dan melemahnya daya beli, yang membuat penyaluran kredit ke sektor properti menjadi lebih berisiko.
Tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) pada Maret 2025 sebesar 2,93 persen, naik cukup tinggi dibanding Maret yang tercatat 2,49 persen.