Sabtu, September 6, 2025
HomeNewsEkonomiSetelah Maret Naik Tinggi, April Penjualan Eceran Kembali Nyungsep

Setelah Maret Naik Tinggi, April Penjualan Eceran Kembali Nyungsep

​​​​​​​​Penjualan eceran bak roller coaster. Bulan kemarin melesat pertumbuhannya, bulan berikutnya nyungsep lagi. Penjualan eceran penting disimak karena mencerminkan konsumsi masyarakat, penyumbang lebih dari 53 persen pertumbuhan ekonomi.

Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia (BI) menyebut Maret 2025 penjualan eceran meningkat tinggi baik secara tahunan (yoy) maupun bulanan (mtm).

Tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2025 sebesar 248,3 (angka prakiraan), atau tumbuh 5,5 persen secara tahunan (yoy) dibanding 2,0 persen (yoy) pada Februari 2025 dengan IPR 218,5.

Peningkatan IPR Maret 2025 tersebut didorong kelompok makanan, minuman, dan tembakau (6,8 persen), barang budaya dan rekreasi (9,2 persen), serta sandang (12,4 persen).

Secara bulanan (mtm) penjualan eceran Maret 2025 bahkan tumbuh 13,6 persen, dibanding 3,3 persen saja pada Februari 2025. Peningkatan penjualan ditopang mayoritas kelompok barang. Terutama makanan, minuman dan tembakau (15,1 persen), barang budaya dan rekreasi (8,3 persen), serta sandang (35,7 persen).

Peningkatan penjualan eceran Maret 2025 itu karena naiknya permintaan pasar selama Ramadan dan Idul Fitri, dan strategi retailer memberikan potongan harga.

Baca juga: Setelah Maret Tumbuh Cukup Tinggi, April Penjualan Eceran Diprediksi Terkontraksi ​

Namun, April 2025, menurut SPE BI April 2025 yang dirilis pekan lalu, pertumbuhan penjualan eceran itu merosot lagi. Tercermin dari IPR April sebesar 235,5, menurun dibanding 236,3 pada Maret 2025 atau terkontraksi (minus) 0,3 persen.

Mayoritas kelompok barang mengalami penurunan penjualan, seperti makanan, minuman dan tembakau (1,2 persen yoy), dan barang budaya dan rekreasi (3,6 persen yoy). Bahkan, subkelompok sandang terkontraksi menjadi -5,4 persen.

Secara bulanan (mtm) penjualan eceran April 2025 bahkan terkontraksi jauh lebih dalam sebesar minus 5,1 persen, dibanding Maret 2025 yang tumbuh 13,6 persen. Penyumbang kontraksi terbesar adalah kelompok sandang (-19,2 persen), diikuti perlengkapan rumah tangga lainnya (-9,7 persen), peralatan informasi dan komunikasi (-9,4 persen), suku cadang dan aksesoris (-5,6 persen), serta makanan, minuman dan tembakau (-4,5 persen).

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini