Setelah Jepang, QRIS Segera Bisa Dipakai di Tiongkok

Indonesia dan Tiongkok terus memperkuat komitmen penggunaan mata uang lokal (Local Currency Transaction/LCT) dalam perdagangan dan investasi bilateral.
LCT memberi manfaat nyata bagi pelaku usaha dan masyarakat dengan transaksi yang lebih efisien, biaya konversi lebih rendah, serta dukungan pada stabilitas keuangan.
Mengutip keterangan Bank Indonesia (BI) akhir pekan ini, selama Januari–Juli 2025 nilai transaksi LCT Indonesia–Tiongkok telah mencapai ekivalen USD6,23 miliar (lebih dari Rp101 triliun), meningkat dua kali lipat lebih dari ekivalen USD2,17 miliar pada periode yang sama 2024.
Capaian kerja sama LCT Indonesia–Tiongkok itu menjadi tonggak penting dalam memperingati dan memperkuat 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Hal itu mengemuka dalam pertemuan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dan Gubernur People’s Bank of China (PBoC) Pan Gongsheng di Beijing tiga hari lalu (11/9/2025).
Selaian dengan Tiongkok, selama Januari–Juli 2025 realisasi transaksi LCT Indonesia dengan negara lain juga terus menunjukkan perkembangan.
Yaitu, dengan Malaysia (ekivalen USD2,03 miliar), Thailand (ekivalen USD644 juta), Jepang (ekivalen USD5,08 miliar), Korea Selatan (ekivalen USD85 juta), dan Uni Emirat Arab (ekivalen USD72 juta).
Baca juga: Transaksi Indonesia-Jepang Pakai Rupiah dan Yen Melonjak Jadi Rp82 Triliun
Pada kesempatan yang sama, BI dan PBoC juga melakukan uji coba terbatas (sandbox) konektivitas pembayaran QRIS antarnegara Indonesia–Tiongkok, sebagai tindak lanjut komitmen kedua pihak memperkuat konektivitas pembayaran lintas batas.
Uji coba melibatkan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) bersama mitra industri pembayaran dari Tiongkok, UnionPay International.