Banyak Pemilik Hotel Di Malang Keluhkan Okupansi

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kota Malang, Jawa Timur, Herman Sediyono mengemukakan banyak pemilik hotel di daerah itu mengeluhkan rendahnya tingkat hunian atau okupansi sehingga mengalami kerugian.
“Rendahnya tingkat hunian dalam beberapa tahun terakhir ini seiring dengan maraknya pembangunan hotel baru, baik hotel bintang maupun hotel budget. Dalam rapat bersama belum lama ini terungkap keluhan tersebut,” katanya di Malang, Selasa.
Oleh karena itu, tegas Herman, Kota Malang tidak perlu ada pembangunan hotel baru. Apalagi, tingkat hunian rata-rata harian masih di bawah 60 persen, kecuali pada musim liburan atau akhir pekan yang panjang (long weekend).
Meski okupansi hotel yang cukup tinggi pada musim liburan atau long weekend, tegasnya, bukan berarti Kota Malang kekurangan hotel atau kamar. Justru, kota ini sudah kelebihan jumlah kamar hotel, sehingga banyak hotel yang tidak kebagian tamu.
Menurut Herman, idealnya penambahan hotel di Kota Malang jika rata-rata okupansi hotelnya di atas 60 persen. Namun, fakta di lapangan rata-rata okupansi hotel di kota itu masih di bawah 60 persen, sehingga tidak perlu ada penambahan hotel baru.
Hanya saja, lanjutnya, pihaknya tidak mempermasalahkan jika masih banyak investor yang berniat membangun hotel di Kota Malang, dengan catatan Pemkot Malang juga memperbaiki infrastruktur jalan dan lokasi pembangunan juga harus merata, tidak hanya di tengah kota saja.
Berdasarkan data PHRI, jumlah hotel di Kota Malang sekitar 80, baik hotel berbintang maupun melati dengan jumlah kamar lebih dari 2.000 unit. Jumlah kamar tersebut belum termasuk hotel yang baru saja dibangun dan dioperasikan, sepeti Atria Hotel, Ibis serta hotel-hotel budged.
Kalau hotel yang saat ini dalam proses pembangunan dan baru dioperasikan itu sudah masuk data, jumlah kamar bisa meningkat tajam hingga mencapai 3.000 lebih.
Ia mengakui ada sejumlah hotel yang tingkat okupansinya cukup tinggi. Tetapi, tidak sedikit yang sangat minim karena kalah bersaing dengan hotel besar yang mematok tarif rendah. “Kalau kondisi ini terus dibiarkan, pasti akan banyak hotel melati yang gulung tikar,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu Wali Kota Malang Moch Anton mengaku akan membatasi pendirian hotel baru di wilayah itu dengan memperketat aturan dan perizinan, dengan harapan pembatasan pembangunan hotel bisa menyelamatkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota itu yang luasannya semakin minim akibat tergerus pendirian bangunan baru, baik untuk kawasan bisnis maupun permukiman.
Hanya saja, kebijakan pembatasan pendirian hotel yang belum terwujud tersebut, wali kota mengemukakan jumlah kamar hotel di kota itu perlu ditambah karena pada musim liburan atau long weekend, tingkat huniannya cukup tinggi. Ant