Bahan Top Table, Dari Keramik Slab Sampai Solid Surface

Batu alam seperti marmer dan granit sudah lazim digunakan rumah-rumah di perkotaan sebagai pelapis permukaan meja (top table), terutama meja makan dan meja kabinet dapur (kitchen set), dan beberapa furnitur lain seperti meja kecil di ruang penghubung (foyer) serta meja sudut.
Karena makin kesulitan mendapatkan batu alam berukuran besar, padahal desain ruang masa kini terutama pada rumah-rumah besar membutuhkan top table menerus tanpa nat (garis pemisah), orang kemudian beralih ke keramik.
Masalahnya, pada keramik orang juga sulit mendapatkan papan tegel berukuran besar dan tebal seperti pada batu alam. Jadi, top table tetap tidak bisa menerus, tapi memiliki nat yang dinilai tidak mendukung aura mewah dan elegan yang ingin ditampilkan pada ruang di rumah-rumah tersebut. Dari sini muncul penawaran material top table dari keramik berukuran ekstra besar atau slab. Salah satunya Quadra dari Roman ceramics.
Porcelain tile
Menurut Marketing Manager Quadra Chan Kwok Piauw, produk yang diluncurkan sejak Oktober 2017 ini berukuran ekstra besar dan lebih tebal seperti lempengan batu alam, dengan motif serta warnanya bisa jauh lebih banyak (70 motif) dibanding batu alam yang sudah given. Produk diproduksi dengan dibakar pada suhu di atas 1.250 derajat celcius, yang membuatnya sangat keras dengan kuat tekan mencapai 450 kg/cm2 dan hampir tidak berpori. Karena itu keramik ini disebut juga porcelain tile.
Ukurannya, 3,2 x 1,6 m2, half size 1,6 x 1,6, 3 x 1,5, 1,5 x 1,5, 2,4 x 1,2, dan 1,2 x 1,2 m dengan ketebalan 12 mm dan bobot 27 kg/m2. “Quadra bisa jadi alternatif (bahan top table) karena tampilannya tidak berbeda dengan batu alam. Selain untuk top table meja makan, kabinet dapur, dan furnitur lain, bisa juga dipakai sebagai pelapis lantai, dinding, dan untuk sculpture. Sebagai pelapis lantai, pemasangannya seperti keramik biasa dengan menambahkan adesif khusus karena bobotnya yang berat,” terangnya.
Dengan tampilan dan kekuatan seperti batu alam dan nyaris tak berpori, papan Quadra diklaim memiliki durabilitas lebih baik dan tidak memerlukan perawatan. Bila kotor, cukup dilap dengan kain lembab.
Tidak berpori itu penting pada top table. Alasannya, bila berpori, permukaan meja akan menyerap kotoran dan cairan dari proses memasak, kegiatan makan, dan lain-lain yang pada akhirnya menjadi sarang pembiakan bakteri dan kuman penyakit.
Selama ini keramik slab seperti Quadra didatangkan dari luar negeri, tapi kini sudah diproduksi Roman di Indonesia. Kapasitas produksi Quadra saat ini disebut Chan mencapai 3.000 m2 per hari. Sebagian produk diekspor ke mancanegara seperti China, Australia, Thailand, Amerika Serikat, Singapura, dan Vietnam. Di Indonesia Quadra dijual mulai dari Rp1,2 juta/m2.


Solid surface
Selain keramik slab, pilihan lain bahan top table adalah papan dari solid surface yang kekerasan dan kekuatannya juga mirip dengan granit atau marmer, tapi terbuat dari resin (cairan kental yang memadat transparan) dicampur dengan bahan lain sebelum dicetak. Resinnya ada yang sintetis seperti akrilik (polimer dari turunan minyak bumi), ada juga yang alami seperti getah (eksudat) dari jenis pohon runjung (konifer) seperti damar dan pinus, pohon kemenyan, dan lain-lain.
Salah satunya papan Neolith keluaran PT Rapsari Mega Stone (RMS), produsen bahan pelapis dari batu granit, marbel, travertin, onyx, dan lain-lain. Neolith disebut sebagai sintered stone premium dengan daya tahan tinggi dengan bahan baku diklaim dari resin alami (natural). Selain untuk melapisi berbagai bidang interior dan eksterior seperti top table kabinet dapur, meja makan, dinding, dan lain-lain, juga kerap dipakai untuk membuat talenan.
“Produk dibuat dari bahan non toxic (tidak beracun), tidak mengandung polyester (resin akrilik) dan bahan kimia berbahaya lain. Permukaannya sangat keras dan tidak berpori. Jadi, sangat aman digunakan langsung untuk memproses masakan. Bahkan, kita bisa membakar langsung aneka makanan di atas bahan pelapis ini,” kata Raja Kamlesh Kalwani, Managing Director RMS, saat memperkenalkan Neolith dalam sebuah pameran dapur dan kamar mandi di Kemayoran, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Neolith, lanjutnya, sudah mengantungi sertifikat NSF (lembaga sertifikasi bahan pangan, kesehatan, obatan-obatan, dan sejenisnya di Amerika Serikat), yang menyatakan Neolith aman terhadap sentuhan langsung dengan makanan. Papan Neolith berdimensi 320 x 150 cm dengan ketebalan 3, 6, 12, dan 20 mm. Karena sangat keras dan tidak berpori, papan mudah dibersihkan, cukup dilap dengan kain lembab. Produk disebut tidak akan rusak terkena cairan pembersih atau pemutih.
“Papan Neolith juga tahan gores, tahan cairan, dan tahan api sehingga memudahkan aktivitas memasak di dapur,” ujarnya. Warnanya juga 100 persen natural dan tidak akan pudar terpapar sinar matahari dan perubahan suhu di sekitarnya. Saat ini Neolith tersedia dalam 50 corak dan warna yang memudahkan arsitek, desainer, dan pemilik rumah menyesuaikan penggunaannya dengan desain ruang yang diinginkan.
Pilihan warna dan corak yang jauh lebih beraneka dan pilihan bentuk yang bisa disesuaikan dengan selera dan desain ruang itu, merupakan kelebihan lain solid surface dibanding keramik, batu alam, dan kayu solid, selain tingkat kekerasan dan daya tahannya yang lebih tinggi serta tidak berpori. Di pasaran kualitas produk pelapis dari solid surface juga beragam. Tapi, dibanding bahan top table lain dengan kualitas setara, harganya tetap jauh lebih mahal. Neolith misalnya, dibandrol Rp2-6 juta per meter persegi (m2).