Sabtu, September 6, 2025
HomeBerita PropertiJangan Bikin Gedung Jelek, Nanti Bikin Dosa

Jangan Bikin Gedung Jelek, Nanti Bikin Dosa

Apapun yang indah, pasti enak dilihat. Begitu prinsip yang dipegang arsitek Andra Matin ketika menghasilkan sebuah karya arsitektur. Tidak seperti desain interior yang mudah diganti dalam lima tahun, arsitektur akan bertahan lebih lama. Aang, begitu ia kerap disapa, ingin lebih banyak orang bisa menikmati arsitektur sehingga menjadi bagian dari kehidupan.

“Saya percaya kalau bisa menghargai arsitektur yang baik, kehidupan akan lebih baik. Karena itu jangan bikin gedung yang jelek, terus orang maki-maki setiap lihat, nanti jadi bikin dosa orang,” kata Andra saat berbicara dalam talkshow “Taco-Karya Kita” di Jakarta, akhir pekan lalu (23/8/2019).

Berhadapan dengan sejumlah mahasiswa arsitektur dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan Bandung, Aang memberikan tips dalam merancang, yakni selain indah juga harus mudah dibangun. Tidak perlu yang muluk-muluk dengan desain bangunan yang berliuk-liuk, tetapi yang simpel dan memenuhi fungsinya.

Untuk bangunan di iklim tropis, ia menyarankan memenuhi prinsip green design yang sederhana saja, seperti desain overstek atap yang lebih panjang untuk menepis cahaya matahari dan mengurangi tampias air hujan.

“Usahakan bangunan jangan terlalu gelap dengan skylight dan bagaimana memecah sinar (matahari) masuk ke dalam, agar cahaya merata sehingga tidak perlu pakai lampu di siang hari,” tutur Aang. Terakhir, Aang mengingatkan untuk memasukkan karakter dalam setiap karya arsitektur yang bisa diambil dari kekayaan sejarah bangsa Indonesia. “Kita punya banyak budaya, jadi harus dipakai,” ujarnya.

Aang berhasil meraih Honorable Mention dalam ajang Venice Architecture Biennale 2018 lalu di Vienna, Austria, atas karya instalasinya berjudul Elevation. Ia menyuguhkan  beragam arsitektur lokal berupa instalasi rumah tradisional dari Sabang sampai Merauke pada pameran itu. Juri menilai instalasinya penuh dengan sensitivitas yang mampu merefleksikan material dan bentuk dari struktur suku tradisional Indonesia.

Jika dulu Aang dan timnya di Andramatin Architects fokus menggarap desain rumah tinggal, kini ia berkeinginan lebih banyak mendesain untuk ruang publik yang bisa lebih banyak dinikmati orang. Ia sudah memulainya dengan merancang pasar tradisional di Bandung, Jawa Barat, dan sejumlah bangunan publik di Banyuwangi, Jawa Timur, termasuk proyek ikonik Bandara Banyuwangi dengan konsep green airport.

“Bekerja untuk proyek pemerintah itu kendalanya, ingin buru-buru selesai dan kontraktor yang ditunjuknya tidak bagus. Itu yang jadi susah untuk indah,” pungkasnya.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini