Pencari Rumah Usia 25-34 Tahun Paling Banyak
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengakui, pencarian properti, umumnya berupa rumah tinggal, secara online didominasi kalangan berusia di bawah 40 tahun. Hal itu masuk akal karena lebih dari sepertiga penduduk Indonesia adalah kaum muda. Karena itu Indonesia disebut memiliki bonus demografi. “Ini potensi pasar yang besar, tapi tantangannya juga besar,” katanya kepada housingestate.id dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu.
Umumnya kaum muda penghasilannya masih terbatas. Karena itu rata-rata baru mampu membeli rumah sekelas rumah bersubsidi seharga di bawah Rp200 juta/unit, bebas PPN, bunga KPR-nya sangat rendah (5 persen per tahun fix selama masa KPR), dan masa KPR-nya panjang hingga 20 tahun.
Masalahnya, kebanyakan kaum muda saat ini tidak mau membeli rumah bersubsidi, karena lokasinya jauh dari pusat-pusat aktivitas mereka dan tidak menyediakan fasilitas yang mereka inginkan. Mereka menginginkan rumah nonsubsidi dengan harga terjangkau di lokasi yang mudah diakses dari tempat-tempat aktivitas mereka.
Sementara apartemen secara umum belum menjadi pilihan kebanyakan konsumen sebagai hunian termasuk kaum muda. “Apakah developer bisa menawarkan rumah sesuai dengan aspirasi kebanyakan kaum muda tersebut? Itulah tantangannya,” jelas Ali.
Sebelumnya diskusi virtual yang diadakan portal pencarian dan jual-beli properti Lamudi akhir Agustus lalu menyatakan, dari hasil Riset Tren Pasar Properti Semester I-2021 versi Lamudi terungkap, dalam lima tahun terakhir komposisi pencari properti usia 25-45 tahun meningkat, dipimpin oleh mereka yang berusia 25-34 tahun.
“Kelompok ini tercatat sebagai pencari properti terbanyak secara online, mencapai lebih dari 30 persen. Melesat 781 persen sejak 2016 hingga semester I-2021. Sementara kaum berusia 18- 24 tahun lebih dari 26 persen, usia 35-44 tahun lebih dari 20 persen, sisanya konsumen berusia di luar itu,” jelas Lamudi.
Umumnya mereka mencari informasi soal rumah yang diinginkan melalui piranti smartphone, disusul sedikit lewat desktop dan perangkat lain. Kelompok usia 18-24 tahun baru dalam tahap scouting, belum memiliki daya finansial untuk membeli namun telah bercita-cita memiliki rumah sendiri.
Kelompok usia 25-34 tahun, mayoritas telah mencapai stabilitas finansial dan baru mulai berkeluarga, dan karena itu hunian sudah menjadi prioritas mereka. Sementara kelompok berusia 35-44 tahun sebagian besar telah berpengalaman dalam jual-beli properti namun terus berusaha mencari properti investasi yang lebih baik.
Dalam diskusi bertajuk “Membuka Potensi Next-Gen Property Buyers” yang menghadirkan CEO Lamudi.co.id Mart Polman, VP Corporate Sales Michael Ignetius Kauw, Marketing & Sales Division Head Alam Sutera Wikhen Rusli, dan Direktur Utama Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Arief Sabaruddin itu terungkap juga, sebenarnya pemilikan properti menjadi salah satu prioritas kaum muda, namun realisasinya sering terkendala keinginan mencari pengalaman dan kesenangan jangka pendek.
Arief mengatakan, pada dasarnya tidak sulit bagi kaum milenial memiliki rumah sendiri asal mau membeli rumah bersubsidi. Dari 109.253 ribu pendaftar rumah subsidi di platform SiKasep PPDPP misalnya, 32,68 persennya adalah mereka yang berusia 26-30 tahun, dan 24,93 persen berusia 26-30 tahun.
Karena umumnya kaum muda mencari rumah secara online, developer mau tak mau harus mengikutinya. “Karena itu omni channel marketing bukan lagi opsi, tapi keharusan dalam pemasaran properti modern dengan menerapkan strategi berbasis data yang lebih tinggi presisinya ” ujar Michael.
Lamudi sendiri mengklaim, berupaya melayani perubahan pasar itu antara lain dengan menghadirkan pengalaman hibrid melalui pameran online tahunan Lamudi Property Fair (LPF) yang menghubungkan pencari properti dengan pengembang secara langsung dan virtual. LPF ketiga Lamudi akan diselenggarakan 9 November-19 Desember 2021.