Jumat, September 5, 2025
HomeNewsEkonomiNilai Ekonomi Digital Indonesia 2025 Akan Capai Rp2.000 Triliun

Nilai Ekonomi Digital Indonesia 2025 Akan Capai Rp2.000 Triliun

Nilai ekonomi digital Indonesia yang saat ini sekitar USD90 miliar, tahun depan akan melonjak menjadi ke kisaran USD130 miliar atau lebih dari Rp2.000 triliun (dengan kurs Rp16.000). Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia itu, selaras dengan potensi peningkatan ekonomi digital ASEAN yang berpenduduk sekitar 600 juta. Dengan implementasi Digital Economy Framework Agreement (DEFA), nilai ekonomi digital ASEAN yang semula diprediksi berbagai lembaga mencapai USD1 triliun pada 2030, akan melesat hingga USD2 triliun.

Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam courtesy call dengan pimpinan Nikkei Inc, di antaranya Mr. Hidenaka Kato dan Mr. Daisuke Arakawa di Imperial Hotel, Tokyo, Jepang, dalam rangkaian acara Nikkei Forum 29th Future Asia, Jumat (24/5/2024).

Pada pertemuan itu Airlangga ditanya petinggi Nikkei mengenai maksud kedatangan sejumlah CEO perusahaan teknologi global (Microsoft, Google, Tesla, dll) ke Indonesia dalam sebulan terakhir. Menko Perekonomian menjawab, Indonesia telah mengambil langkah strategis dengan menjadikan ekonomi digital sebagai mesin pertumbuhan ekonomi utama berikutnya. “Saat ini Indonesia merupakan rumah bagi 10 unicorn dan 2 decacorn,” katanya seperti dikutip Juru Bicara Kemenko Perekonomian/Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan Haryo Limanseto melalui keterangan resmi.

Unicorn adalah perusahaan rintisan berbasis teknologi informasi (start up) dengan nilai valuasi pasar USD1 miliar (sekitar Rp16 triliun) atau lebih. Sedangkan decacorn adalah start up dengan nilai valuasi pasar USD10 miliar atau lebih. Dalam pertemuan itu Airlangga dan para petinggi Nikkei juga membicarakan isu-isu keamanan siber. Dalam kaitan itu Menko Airlangga menyatakan, ketersediaan infrastruktur digital memang menjadi salah satu isu dalam ekonomi digital.

“Cyber security akan selalu jadi masalah dalam ekonomi digital. Dengan karakteristik sebagai negara kepulauan, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan fibre optic sebagai solusi penyediaan jaringan internet di seluruh wilayahnya (tapi perlu solusi jaringan dalam bentuk lain),” ujar Menko Airlangga.

Baca juga: Yang Berduit Tetap Investasi Tapi Bukan ke Properti

Kedua pihak juga berdiskusi mengenai hilirisasi, rencana kedatangan Sekjen OECD ke Jakarta, market share pasar otomotif Indonesia, hingga signifikansi keanggotaan OECD bagi Indonesia. Mengenai keanggotaan OECD, Airlangga menjelaskan, selain agar Indonesia mampu keluar dari middle income trap, juga akan membuat Indonesia bisa menjalakan reformasi ekonomi tahap dua melalui kalibrasi praktik terbaik dari negara lain di OECD. “Dengan demikian diharapkan makin banyak investasi yang masuk ke Indonesia,” pungkas Airlangga.

Diungkapkan juga oleh Airlangga tentang ketahanan ekonomi Indonesia yang relatif kuat terhadap ketidakpastian ekonomi global. Dengan pertumbuhan 5,11% pada triwulan I-2024 dan inflasi 3%, ekonomi Indonesia terbilang lima besar terbaik di G20 dan masuk lima besar negara dengan inflasi terendah. Ketua Umum Golkar itu menyatakan, Indonesia cukup percaya diri akan mampu menjaga kondisi ekonomi itu.

 

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini