Sabtu, September 6, 2025
HomeNewsEkonomiSektor Industri Sudah Masuk Kondisi Bahaya

Sektor Industri Sudah Masuk Kondisi Bahaya

Sektor manufaktur pada Juni 2024 masih menunjukkan kinerja positif. Terlihat dari dari Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur sebesar 50,7 yang bertahan selama 34 bulan berturut-turut.

Kendati masih berada di zona ekspansi (> 50), PMI Juni 2024 itu terus menurun dibanding Mei yang tercatat 52,1 dan April 52,9, karena perlambatan permintaan.

Berkaitan dengan itu, Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Senin (1/7/2024), menggarisbawahi laporan S&P Global yang menyebutkan, pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia kehilangan momentum pada Juni 2024.

Hal itu disebabkan oleh kenaikan yang lebih lambat pada output, permintaan baru, dan penjualan. Kondisi itu kemudian memengaruhi kepercayaan diri pelaku industri terhadap output 12 bulan mendatang, yang tidak bergerak dari posisi terendah seperti Mei lalu dan satu di antara yang terendah dalam rekor.

“Sektor industri saat ini memang sudah masuk kondisi alarming (bahaya). Para pelaku industri menurun optimismenya terhadap perkembangan bisnis mendatang. Hal itu dipengaruhi oleh melemahnya pertumbuhan pesanan baru karena kondisi pasar (yang lemah), restriksi perdagangan di negara lain, dan regulasi yang kurang mendukung,” katanya melalui keterangan tertulis.

Regulasi yang dimaksud Febri adalah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor. Peraturan itu merelaksasi impor barang dari luar negeri, yang sejenis dengan produk yang dihasilkan di dalam negeri.

“Tidak seperti sebagian negara peers yang mengalami kenaikan PMI manufaktur, di Indonesia turun cukup dalam. Perlu penyesuaian kebijakan untuk mendongkrak kembali optimisme pelaku Industri,” ujar Febri.

Penyesuaian kebijakan yang diperlukan, antara lain mengembalikan pengaturan impor ke Permendag No. 36 Tahun 2023, serta pemberlakuan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) dan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) untuk sejumlah komoditas.

Baca juga: Subang Smartpolitan Targetkan Penjualan Kawasan Industri 164 Hektar

Febri mengungkapkan, negara-negara manufaktur global seperti RRT, India, Taiwan, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam, mengalami kenaikan ekspansi.

Di ASEAN, PMI manufaktur Thailand naik dari 50,3 (Mei 2024) menjadi 51,7 (Juni 2024). Vietnam naik tajam dari 50,3 menjadi 54,7 pada periode yang sama.

Kondisi bahaya industri manufaktur terlihat dari fenomena PHK akibat penurunan permintaan pasar global, dan membanjirnya produk impor ke pasar dalam negeri akibat restriksi perdagangan oleh negara lain terhadap negara eksportir.

Menurut Febri, bila Indonesia tidak segera menyesuaikan kebijakan, produk impor akan makin membanjiri pasar dalam negeri dan memukul mundur produk dalam negeri.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini