Minggu, September 7, 2025
HomeOtomotifDaya Beli Anjlok, Makanya Penjualan Mobil Stagnan. LPEM Tunjukkan Datanya

Daya Beli Anjlok, Makanya Penjualan Mobil Stagnan. LPEM Tunjukkan Datanya

Selama 10 tahun terakhir, penjualan mobil baru stagnan di angka 1 juta unit per tahun. Bahkan, tahun ini penjualannya bisa di bawah 1 juta unit.

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menyebutkan, per Mei 2024 penjualan mobil baru turun 21 persen menjadi 334 ribu unit.

Antara lain karena kenaikan suku bunga global, lonjakan kredit bermasalah, dan pengetatan pemberian kredit mobil. Karena itu itu Gaikindo kemungkinan merevisi target penjualan mobil 2024 sebanyak 1,1 juta unit.

Menurut Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika, penyebab utama stagnannya penjualan mobil baru itu adalah penurunan daya beli.

Putu menyatakan, menurunnya daya beli itu membuat perbedaan antara pendapatan masyarakat dan harga mobil melebar. Dampak lebih lanjut, masyarakat makin tidak mampu membeli mobil baru.

“Tahun 2014 gap antara harga mobil dan pendapatan masyarakat sekitar Rp15 juta. Tapi tahun 2023 gapnya sudah Rp30 juta,” kata Putu dalam diskusi “Solusi Mengatasi Stagnasi Pasar Mobil” di Jakarta, Rabu (10/7/2024), seperti dikutip keterangan resmi Kemenperin.

Karena daya beli lemah, masyarakat pun mengalihkan pembelian ke mobil bekas. “Tahun 2014 penjualan mobil baru mencapai 1,2 juta unit, mobil seken 500 ribu. Tahun 2023 ada 1 juta orang yang membeli mobil baru, tapi yang beli mobil seken melonjak jadi 1,4 juta,” ungkapnya.

Putu mengungkapkan, penjualan dan produksi mobil di Indonesia mencapai angka tertinggi pada tahun 2013. Yaitu, mencapai 1.229.811 unit.

Dipengaruhi terutama oleh kenaikan pendapatan perkapita Indonesia selama 2011-2013 yang signifikan. Ditambah dengan diluncurkannya program Kendaraan Bermotor Roda Empat Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2).

Atau yang lebih dikenal dengan istilah Low Cost Green Car (LCGC). Segmen mobil ini disambut antusias masyarakat dan langsung bekontribusi lebih dari 30 persen terhadap penjualan mobil nasional.

Baca juga: Cicilan Utang Meningkat, Konsumen Kurangi Belanja

Pengamat otomotif dan peneliti senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEM FEB) Universitas Indonesia Riyanto menjelaskan, berdasarkan data, pendapatan per-kapita dan harga jual mobil memang tumbuh beriringan.

Selama 2000-2013 pendapatan masyarakat tumbuh 28,26 persen, sementara harga mobil meningkat 21,23 persen. Karena itu penjualan mobil selalu bisa meningkat.

Sementara selama 2013-2022, pendapatan per kapita hanya naik 3,65 persen, jauh di bawah peningkatan harga mobil sehingga pasar mobil baru pun turun rata-rata 1,64 persen per tahun. Karena itu penjualan mobil baru stagnan atau bahkan merosot.

Riyanto menambahkan, secara empiris dari riset LPEM, harga paling mempengaruhi penjualan mobil. Kemudian juga pendapatan per-kapita, bunga kredit, kurs atau nilai tukar, dan harga bahan bakar.

Berita Terkait

Ekonomi

Belasan Investor Kazakhstan Lirik IKN

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia...

Program Perumahan Salah Satu yang Diharapkan Buka Lapangan Kerja

Pemerintah terus menjalin kolaborasi dengan pelaku usaha untuk membuat...

Menko Airlangga Minta Pengusaha Tahan PHK dan Buka Program Magang Berbayar untuk Sarjana Baru

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta para pengusaha...

Berita Terkini