Jumat, September 5, 2025
HomeMoneterGubernur BI: Yield SRBI Memang Harus Lebih Tinggi Daripada SBN

Gubernur BI: Yield SRBI Memang Harus Lebih Tinggi Daripada SBN

Yield atau imbal hasil instrumen moneter Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang diterbitkan Bank Indonesia (BI), memang sengaja dibuat lebih tinggi dibanding Surat Berharga Negara (SBN) terbitan pemerintah.

Tujuan utamanya untuk memikat masuknya aliran modal asing portofolio ke Indonesia, guna memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dan pencapaian sasaran inflasi.

Hal itu dinyatakan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers penyampaian hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (17/7/2024).

Dengan yield yang lebih tinggi, SRBI memang lebih diminati pasar ketimbang SBN. Yield SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per 12 Juli 2024 tercatat 7,30 persen, 7,39 persen, dan 7,43 persen. Sedangkan yield SBN tenor 2 dan 10 tahun per 16 Juli 2024 masing-masing 6,68 persen dan 6,95 persen.

Menurut Perry, saat ini pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia, bersaing mendapatkan aliran modal asing di tengah ketidakpastian pasar global yang masih tinggi.

Ia menyebutkan, imbal hasil SRBI yang lebih tinggi ditetapkan dengan melihat perkembangan pasar keuangan Amerika Serikat (AS), sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Saat ini yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun sudah lebih tinggi dibanding yang bertenor 10 tahun, seiring dengan tingginya defisit anggaran pemerintah AS.

Karena itu imbal hasil SRBI yang telah ditetapkan BI cenderung lebih tinggi dari SBN, guna menarik minat investor menempatkan dana di SRBI.

Jadi, guna melindungi ekonomi Indonesia dari spillover Fed Fund Rate (bunga acuan bank sentral AS), US Treasury Notes (bunga surat utang pemerintah AS), dan gejolak dolar AS, BI sengaja mengarahkan yield SRBI menjadi lebih tinggi.

“Kalau US Treasury Notes dua tahun sudah lebih tinggi dari yang 10 tahun, bagaimanapun juga SRBI untuk saat ini (harus) lebih tinggi dari SBN,” jelas Perry. Instrumen SRBI dirilis BI pada kwartal akhir 2023.

Ia menambahkan, penawaran yield SRBI yang lebih tinggi dari SBN itu sudah dikoordinasikan dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, guna menjaga stabilitas keuangan nasional.

Baca juga: BI Klaim Rupiah Menguat Karena Kebijakan Moneter

Hasil kebijakan BI itu langsung terlihat. Per 15 Juli 2024 BI mencatat, lelang SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing mencapai Rp775,45 triliun, 1,82 miliar dolar AS, dan 267 juta dolar AS.

Dari Rp775,45 triliun outstanding SRBI itu, 28,42 persen atau Rp220,35 triliun dimiliki nonresiden atau asing.

Lelang SRBI 15 Juli 2024 itu jauh lebih besar dibanding Juni. Per 14 Juni 2024 outstanding SRBI, SVBI, dan SUVBI tercatat Rp666,53 triliun, USD2,3 miliar, dan USD395 juta. Dari total outstanding SRBI Juni itu, sebanyak Rp179,86 triliun atau 26,98 persen dimiliki asing.

Gubernur BI menyatakan, ke depan yield SRBI akan cenderung melandai dan kembali mendekati SBN, seiring potensi pergerakan serupa pada imbal hasil US Treasury Notes tenor 2 tahun dengan tenor 10 tahun.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini