Sabtu, September 6, 2025
HomeNewsEkonomiNovember Rp30 Triliun Modal Asing Keluar dari Indonesia

November Rp30 Triliun Modal Asing Keluar dari Indonesia

Pada Oktober 2024 neraca perdagangan Indonesia kembali surplus 2,48 miliar dolar AS (USD), melanjutkan surplus 53 bulan berturut-turut sebelumnya.

Selain itu Indonesia juga mencatat kenaikan cadangan devisa menjadi USD151,2 miliar, tertinggi sepanjang sejarah.

Namun, kabar baik itu tetap tidak mampu mendongkrak nilai tukar rupiah terhadap USD. Rupiah terus melemah terhadap USD mendekati Rp16.000.

Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo saat menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan Bank Indonesia (BI), Rabu (20/11/2024), hal itu terjadi karena makin tingginya risiko perekonomian global.

Bukan hanya karena meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, Rusia-Ukraina, dan China-Taiwan, tapi juga karena fragmentasi perdagangan.

Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS, diperkirakan akan diikuti dengan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dan strategi ekonomi berorientasi domestik (inward looking policy), termasuk penerapan tarif perdagangan yang tinggi dan kebijakan imigrasi yang ketat.

Semua itu membuat dolar AS menguat secara luas, dan sebaliknya mata uang negara-negara dunia melemah termasuk rupiah.

Dampak lenih lanjut, berbaliknya preferensi investor global dengan mengalihkan portofolio investasinya kembali ke AS pasca hasil pemilu yang memenangkan Trump tersebut.

“Selama November (hingga 18 November 2024), aliran modal keluar (net outflows) berupa investasi portofolio asing mencapai USD1,9 miliar dolar AS (sekitar Rp30 triliun),” kata Perry.

Sementara selama Oktober 2024 aliran modal masuk (net inflows) berupa investasi portofolio asing, hanya USD1,1 miliar atau sekitar Rp17 triliun.

Perry menyebut kurs rupiah dibanding USD pada November 2024 (hingga 19 November) melemah 0,84 persen (ptp) dari bulan sebelumnya, atau merosot 2,74 persen dibanding akhir Desember 2023.

“Masih lebih kecil dibandingkan pelemahan dolar Taiwan, peso Filipina, dan won Korea yang masing-masing tercatat 5,26 persen, 5,83 persen, dan 7,53 persen,” ujarnya.

Baca juga: Tinggi Aliran Masuk Modal Asing Portofolio di Triwulan Tiga

Karena itulah, jelas Perry, fokus kebijakan BI saat ini adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak menguatnya dolar AS secara luas itu.

Seluruh instrumen moneter, SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia), SVBI (Sekuritas Valas Bank Indonesia), dan SUVBI (Sukuk Valas Bank Indonesia), terus dioptimalkan untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk modal asing portofolio guna mendukung penguatan rupiah.

Hingga 18 November 2024, posisi SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat Rp968,82 triliun, USD3,39 miliar, dan USD387 juta. Kepemilikan asing di SRBI mencapai Rp250,18 triliun (25,8 persen dari total outstanding).

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini