Senin, September 8, 2025
HomeNewsEkonomiTriwulan III Neraca Pembayaran Indonesia Surplus Tinggi

Triwulan III Neraca Pembayaran Indonesia Surplus Tinggi

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2024 membaik, mencatat surplus 5,9 miliar dolar AS (USD), dibanding triwulan II yang defisit USD0,6 miliar dan triwulan I yang minus USD6 miliar.

Neraca pembayaran adalah catatan transaksi ekspor impor barang dan jasa, serta catatan transaksi modal dan finansial (investasi), antara sebuah negara dan negara lain selama jangka waktu tertentu.

Neraca pembayaran terdiri dari neraca transaksi berjalan, serta neraca transaksi modal dan finansial.

Neraca transaksi berjalan terdiri dari neraca perdagangan barang dana jasa, serta neraca pendapatan primer dan sekunder.

Sedangkan neraca transaksi modal dan finansial terdiri dari investasi langsung, investasi portofolio (surat utang), dan investasi lainnya.

Neraca pembayaran yang surplus menunjukkan, ekspor lebih tinggi daripada impor, pendapatan dari investasi dan kiriman uang dari warga Indonesia di luar negeri lebih besar, dan penerimaan dari investasi asing lebih banyak daripada pembayaran investasi kepada asing.

Surplus neraca perdagangan lazimnya menambah cadangan devisa, serta memperkuat ketahanan eksternal perekonomian sebuah negara terhadap gejolak ekonomi global, termasuk gejolak nilai tukar mata uang.

Mengutip keterangan Bank Indonesia melalui Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso, Kamis (21/11/2024), surplus NPI ditopang oleh surplus neraca transaksi modal dan finansial yang meningkat tinggi, serta defisit neraca transaksi berjalan yang lebih rendah.

“Karena perkembangan tersebut, cadangan devisa meningkat dari USD140,2 miliar pada akhir Juni 2024 (triwulan II) menjadi USD149,9 miliar pada akhir September 2024 (triwulan III),” tulis keterangan BI tersebut.

Surplus transaksi modal dan finansial (TMF) tercatat USD6,6 miliar dibanding triwulan II yang hanya USD3 miliar. Surplus TMF terutama ditopang surplus investasi langsung USD5,2 miliar dibanding USD2,1 miliar pada triwulan II.

Surplus investasi langsung, utamanya berasal dari penyertaan modal di sektor industri pengolahan, jasa kesehatan, serta transportasi, pergudangan, dan komunikasi, sejalan dengan terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional.

Aliran masuk modal asing ke berbagai instrumen investasi portofolio (SBN, SRBI, SVBI, SUVBI) juga meningkat, karena imbal hasil (yield)-nya yang tetap menarik.

Di sisi lain, investasi lainnya mencatat kenaikan defisit, didorong meningkatnya penempatan investasi swasta pada berbagai instrumen finansial luar negeri.

Sedangkan defisit neraca transaksi berjalan tercatat USD2,2 miliar, jauh lebih rendah dibanding defisit triwulan II sebesar USD3,2 miliar.

Kinerja neraca transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang nonmigas yang berlanjut.

Sementara defisit neraca jasa menyempit, didorong oleh meningkatnya surplus jasa perjalanan seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.

Defisit neraca pendapatan primer juga menurun, dipengaruhi oleh lebih rendahnya pembayaran imbal hasil investasi kepada investor asing.

“Peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder yang didorong oleh penerimaan remitansi (dari pekerja migran Indonesia), juga mendukung kinerja neraca transaksi berjalan,” tulis keterangan BI.

Baca juga: Triwulan II Defisit Neraca Pembayaran Berkurang Drastis

Neraca transaksi berjalan adalah alat ukur perdagangan internasional. Mencakup transaksi barang, jasa, pendapatan faktor produksi (dari aset dan tenaga kerja), dan transfer uang.

Kalau sebuah negara mencatat defisit transaksi berjalan, berarti negara itu menjadi peminjam neto dari negara-negara lain di dunia, dan karenanya membutuhkan modal atau aliran finansial untuk menutup defisit tersebut.

Defisit transaksi berjalan yang besar membuat sebuah negara rentan terhadap gejolak ekonomi global termasuk gejolak nilai tukar mata uang, dan kurang menarik di mata investor asing.

BI memperkirakan, NPI 2024 tetap baik dengan defisit neraca transaksi berjalan terjaga rendah di kisaran 0,1-0,9 persen dari PDB.

Neraca transaksi modal dan finansial juga diprakirakan tetap surplus, didukung peningkatan investasi langsung dan portofolio, sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.

Berita Terkait

Ekonomi

Menteri Keuangan Diganti, Harga Saham Jatuh

Presiden Prabowo Subianto mengganti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati...

Kiprah BSI Dorong Green Zakat, dari Green Building Hingga One Home One Tree

Bank BSI terus mendorong optimalisasi zakat dan pertumbuhan ekonomi...

Utang Pinjol dan Paylater Warga RI Terus Meningkat Tinggi

Buy now pay later (BNPL) adalah layanan keuangan yang...

Belasan Investor Kazakhstan Lirik IKN

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia...

Berita Terkini