Triwulan Pertama 2025 Penyaluran Kredit Masih Akan Ketat

Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) medio Januari lalu mengungkapkan, penyaluran kredit/pembiayaan perbankan 2024 tumbuh 10,39 persen secara tahunan (yoy), masih di kisaran target BI 10–12 persen, namun di kisaran bawah.
Kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi, masing-masing tumbuh 8,35 persen (yoy), 13,62 persen (yoy), dan 10,61 persen (yoy). Pembiayaan syariah tumbuh 9,87 persen (yoy), kredit UMKM 3,37 persen (yoy).
Dibanding 2023, pertumbuhan kredit 2024 itu stagnan. Selama 2023 kredit/pembiayaan tumbuh 10,38 persen, di kisaran atas target BI sebesar 9-11 persen. Kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi tumbuh 10,05 persen, 12,26 persen, dan 9,1 persen. Pembiayaan syariah tumbuh 15,8 persen dan kredit UMKM 8,03 persen.
Penyaluran kredit 2024 memang cenderung lebih ketat, menyusul kebijakan BI menaikkan bunga acuan BI Rate menjadi 6,25 persen akhir April yang membuat bunga simpanan meningkat dan likuiditas di pasar seret.
Ketatnya penyaluran kredit itu terlihat dari peningkatan rasio penyaluran kredit dibanding penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan atau loan to deposit ratio (LDR). Pada Juli 2024 misalnya, LDR perbankan tercatat 86,51 persen. Tertinggi dibanding LDR Agustus 2020 sebesar 85,3 persen.
Melemahnya daya beli menjadi pertimbangan lain perbankan lebih selektif menyalurkan kredit, agar kualitas kredit dan profitabilitasnya tetap terjaga di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global dan fluktuasi nilai tukar rupiah.
Survei Perbankan Bank Indonesia Triwulan IV 2024 yang dirilis beberapa hari lalu menyatakan, selama triwulan pertama tahun ini, penyaluran kredit/pembiayaan itu masih akan ketat.
Terlihat dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru triwulan I 2025 sebesar 82,3 persen. Jauh lebih rendah dibanding SBT triwulan IV 2024 sebesar 97,9 persen.
SBT adalah jawaban responden dikalikan dengan bobot kreditnya (total 100 persen), selanjutnya dihitung selisih antara persentase responden yang memberikan jawaban meningkat dan menurun.
“Kebijakan penyaluran kredit pada triwulan satu 2025 diprakirakan masih sama ketatnya dengan triwulan sebelumnya. Terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) triwulan satu 2025 yang bernilai positif sebesar 0,2,” tulis hasil Survei Perbankan BI tersebut.
Baca juga: Penyaluran Kredit 2024 Stagnan, BI Bilang Tahun Ini Akan Meningkat
Standar penyaluran kredit yang diprakirakan lebih ketat pada triwulan I 2025 itu, terjadi pada kredit investasi. Sementara kredit lain terindikasi tidak lebih ketat dibandingkan triwulan sebelumnya.
“Penyaluran kredit oleh perbankan diprakirakan lebih ketat menyangkut plafon kredit, suku bunga kredit, dan premi kredit berisiko,” tulis survei BI.
Masih ketatnya penyaluran kredit pada triwulan satu 2025 itu selaras dengan penghimpunan DPK perbankan periode yang sama, yang diprakirakan melambat dibanding triwulan sebelumnya.
Terindikasi dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 68,8 persen, jauh lebih rendah dibanding SBT 89,3 persen pada triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan DPK itu diprakirakan terjadi pada seluruh instrumen, baik tabungan (SBT 63,8 persen), giro (SBT 73,2 persen) maupun deposito (SBT 80,1 persen).
Namun, menyusul langkah BI memangkas BI Rate menjadi 6 persen medio Januari lalu, penghimpunan DPK perbankan sampai akhir tahun ini diperkirakan membaik. SBT pertumbuhan DPK hingga akhir 2025 diprakirakan mencapai 99,6 persen, meningkat dari SBT 89,3 persen tahun lalu.
Kendati demikian karena kebijakan penyaluran kredit ketat, responden survei memprakirakan outstanding kredit hingga akhir 2025 hanya tumbuh 10,34 persen (yoy), lebih rendah dibanding realisasi pertumbuhan kredit 2024 yang mencapai 10,39 persen.