Senin, Oktober 20, 2025
HomeBerita PropertiEfisiensi Anggaran Pemerintah Tidak Pengaruhi Okupansi Hotel Paradise Indonesia

Efisiensi Anggaran Pemerintah Tidak Pengaruhi Okupansi Hotel Paradise Indonesia

Efisiensi anggaran besar-besaran yang dilakukan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto membuat cemas pengusaha perhotelan. Pasalnya kebijakan itu memangkas pos-pos terkait perjalanan dinas dan kegiatan di luar kantor yang diadakan lembaga pemerintah.

Dampaknya, tingkat hunian atau okupansi kamar hotel terancam merosot, termasuk okupansi ruang-ruang pertemuan di hotel atau yang dikenal dengan istilah MICE (meeting, incentive, convention, exhibition). Inilah yang dicemaskan kalangan perhotelan.

Namun, tidak demikian dengan PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP/Paradise Indonesia), pengembang belasan hotel di sejumlah kota besar di Indonesia selain properti ritel.

Sebutlah antara lain Sheraton Bali Kuta Resort, Aloft Bali Kuta at Beachwalk, Yello Kuta Beachwalk Bali, Maison Aurelia Sanur, Harris Hotel Kuta Tuban, Grand Hyatt Jakarta, Keraton at The Plaza, Harris Suites fX Sudirman, Cityloog Hotel Tebet, Hyatt Place Makassar, Harris Resort Waterfront Batam, dan Pop! Hotel Sangaji Yogyakarta.

Menurut Presiden Direktur Paradise Indonesia Anthony Prabowo Susilo, sejak awal berbisnis Paradise Indonesia tidak menyasar pasar MICE, tapi traveller individual.

Apalagi, tarif MICE lazimnya lebih rendah dibanding tarif kamar. Kalaupun hotel-hotel di bawah Paradise Indonesia menyediakan fasilitas MICE, luasannya terbatas.

Ia mencontohkan Grand Hyatt di jantung Kota Jakarta (Bundaran HI) yang memiliki lebih dari 400 kamar. Fasilitas MICE-nya hanya ratusan meter persegi. Fasilitas MICE itu pun lebih diarahkan untuk acara-acara pribadi atau private event seperti wedding (pernikahan).

Baca juga: INPP Tidak Masalah dengan Kenaikan PPN, Bahkan Mau Naikkan Tarif Hotel

Anthony mengakui, fX Harris Hotel di Mal fX, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, terbilang tinggi okupansi MICE-nya karena berada di pusat bisnis utama (CBD) Jakarta yang dilingkungi banyak gedung perkantoran termasuk milik pemerintah.

“Tapi, cuma satu hotel itu yang okupansi MICE-nya tinggi. jadi, kebijakan efisiensi anggaran pemerintah untuk perjalanan dan kegiatan dinas itu tidak berpengaruh terhadap hotel-hotel kami,” jelasnya dalam media gathering di Jakarta, Kamis (20/2/2025).

Secara keseluruhan pendapatan dari penyewaan hotel dan pusat perbelanjaan (recurring income) masih menjadi andalan utama INPP. Tahun 2024 mencapai lebih dari 80 persen.

Per September 2024 INPP mencatat pendapatan Rp878,1 miliar, naik hampir 6 persen dibanding periode yang sama tahun 2023 (yoy).

Segmen hotel dengan okupansi yang selalu di atas 70 persen menyumbang 48 persen dari pendapatan INPP itu, pusat perbelanjaan 42 persen, dan penjualan properti (property development) 10 persen. Untuk hotel, hotel-hotel di Bali menjadi penyumbang pendapatan terbesar.

Besarannya, segmen hotel mencatat penjualan Rp424,4 miliar, meningkat 24 persen secara tahunan (yoy), pusat perbelanjaan Rp365,3 miliar atau naik 6 persen. Sisanya dari penjualan properti. Dari pendapatan itu, INPP mencetak laba bersih Rp342,6 miliar, meroket lebih dari 120 persen yoy.

INPP menargetkan peningkatan pendapatan hingga 20 persen sampai akhir 2024. Anthony optimistis akan mencapai target tersebut. “Tahun ini kita menargetkan pertumbuhan pendapatan yang kurang lebih sama,” tukasnya.

Baca juga: Obligasi Paradise Indonesia Oversubscribe, Ekspansi Bisnis Jadi Lebih Leluasa

INPP sudah menyelesaikan pengembangan Hyatt Place Makassar akhir tahun lalu, saat ini menuntaskan pengembangan tower pertama apartemen Antasari Place Jakarta, dan akan segera memulai perluasan 23 Paskal Shopping Center Bandung, dan pembangunan 23 Semarang Shopping Center.

INPP juga sedang mempersiapkan pengembangan proyek mixed use berupa hotel dan residensial di Balikpapan dan Makassar, selain pengembangan lebih lanjut Antasari Place berupa apartemen servis dan area ritel.

Untuk pengembangan berbagai proyek itu, INPP menerbitkan obligasi senilai Rp500 miliar per 24 Desember 2024. Yaitu, obligasi seri A dengan kupon 6,75-7,25 persen, tenor 3 tahun, dan seri B dengan kupon 6,95-7,50 persen dan tenor 5 tahun.

Pada masa akhir book building awal Januari lalu, obligasi INPP itu mendapatkan kelebihan permintaan atau oversubscribe hingga hampir dua kali lipat, yang menunjukkan tingginya kepercayaan investor terhadap prospek perseroan.

Total INPP menyiapkan modal atau capital expenditure (capex) Rp1 triliun tahun ini untuk pengembangan proyek berjalan dan pengembangan proyek-proyek baru.

Berita Terkait

Ekonomi

Penyaluran Kredit Diperkirakan Baru Meningkat Pada Triwulan IV

Survei Perbankan Bank Indonesia yang dipublikasikan, Senin (20/10/2025) mengindikasikan,...

Program Magang Berbayar Dibuka Lagi November, Kali Ini Untuk 80 Ribu Sarjana/Diploma

Pemerintah melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sudah meresmikan peluncuran...

Senin Besok Penyaluran BLT Rp900.000/KK untuk 35 Juta KK Dimulai

Untuk mendongkrak daya beli masyarakat sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,...

Menko Airlangga: Bisa Jaga Pertumbuhan 5 Persen Per Tahun, Indonesia Jadi Negara Bright Spot

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut satu tahun...

Berita Terkini