Minggu, September 7, 2025
HomeNewsEkonomiSelama 2024 Surplus Neraca Pembayaran Indonesia Meningkat ​​​​​

Selama 2024 Surplus Neraca Pembayaran Indonesia Meningkat ​​​​​

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV 2024 mencatat surplus USD7,9 miliar, meningkat signifikan dibanding surplus triwulan III sebesar USD5,9 miliar, dan naik tinggi dibanding triwulan II yang defisit (minus) USD0,6 miliar dan triwulan I yang minus USD6 miliar.

Neraca pembayaran adalah catatan transaksi ekspor impor barang dan jasa, serta catatan transaksi modal dan finansial (investasi), antara sebuah negara dan negara lain selama jangka waktu tertentu.

Neraca pembayaran terdiri dari neraca transaksi berjalan, serta neraca transaksi modal dan finansial.
Neraca transaksi berjalan terdiri dari neraca perdagangan barang dan jasa, serta neraca pendapatan primer (imbal hasil investasi) dan sekunder (seperti remitansi dari pekerja migran).

Sedangkan neraca transaksi modal dan finansial terdiri dari investasi langsung, investasi portofolio (dalam surat berharga dan saham), dan investasi lainnya.

Neraca pembayaran yang surplus menunjukkan, ekspor lebih tinggi daripada impor, pendapatan dari investasi dan kiriman uang dari warga Indonesia di luar negeri lebih besar, dan penerimaan dari investasi asing lebih banyak daripada pembayaran investasi kepada asing.

Surplus neraca pembayaran lazimnya menambah cadangan devisa, serta memperkuat ketahanan ekonomi sebuah negara terhadap gejolak ekonomi global, termasuk gejolak nilai tukar mata uang.

Mengutip keterangan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso akhir pekan ini, kenaikan surplus NPI triwulan IV itu ditopang peningkatan surplus transaksi modal dan finansial dan penurunan defisit transaksi berjalan.

Transaksi berjalan mencatat penurunan defisit seiring dengan kenaikan harga komoditas di tengah aktivitas ekonomi domestik yang tetap terjaga. Pada triwulan IV 2024, transaksi berjalan mencatat defisit USD1,1 miliar (0,3 persen PDB), lebih rendah dibanding triwulan III sebesar USD2 miliar (0,6 persen PDB).

Perbaikan kinerja transaksi berjalan terutama bersumber dari peningkatan surplus neraca perdagangan barang, didukung pertumbuhan ekspor nonmigas seiring dengan kenaikan harga beberapa komoditas ekspor utama Indonesia.

Di sisi lain impor barang tetap tumbuh sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang meningkat pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru. Aktivitas impor barang tersebut meningkatkan impor jasa freight (transportasi), sehingga turut mendorong peningkatan defisit neraca jasa.

Selain itu defisit neraca pendapatan primer juga tercatat lebih tinggi, karena kenaikan pembayaran imbal hasil atas investasi langsung dan investasi portofolio.

Sementara transaksi modal dan finansial mencatat kenaikan surplus dari USD7,5 miliar pada triwulan III 2024 menjadi USD8,5 miliar pada triwulan IV 2024.

Kinerja positif ini ditopang oleh investasi langsung yang tetap membukukan surplus, seiring optimisme investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik.

Transaksi investasi lainnya juga mencatatkan surplus didorong penarikan pinjaman luar negeri pemerintah dan swasta. Sementara investasi portofolio mencatat aliran modal keluar seiring ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Baca juga: Neraca Pembayaran Surplus Tinggi, Rupiah Langsung Terdongkrak

Secara keseluruhan NPI 2024 mencatat surplus USD7,2 miliar, meningkat dibanding surplus 2023 yang tercatat USD6,3 miliar.

Kenaikan surplus itu terutama didorong oleh kinerja transaksi modal dan finansial yang lebih baik. Transaksi modal dan finansial 2024 mencatat surplus USD16,4 miliar, meningkat dibanding USD9,9 miliar tahun 2023. Ditopang aliran masuk modal asing pada investasi langsung dan investasi portofolio.

Sementara transaksi berjalan 2024 mencatat defisit USD8,9 miliar (0,6 persen PDB), dibanding defisit USD2 miliar (0,1 persen PDB) pada 2023.

Perkembangan ini dipengaruhi oleh penurunan surplus neraca perdagangan barang, seiring permintaan negara mitra dagang utama yang melemah di tengah permintaan domestik yang tetap kuat.

Posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2024 naik menjadi USD155,7 miliar, dari USD146,4 miliar pada akhir Desember 2023. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah, di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Secara keseluruhan BI menilai, perkembangan NPI 2024 menunjukkan ketahanan sektor eksternal yang tetap kuat, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlanjut.

BI memperkirakan NPI 2025 tetap sehat, ditopang surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut, dan defisit transaksi berjalan yang terjaga di kisaran defisit 0,5 persen sampai 1,3 persen PDB.

Neraca transaksi berjalan adalah alat ukur perdagangan internasional. Mencakup transaksi barang dan jasa, pendapatan faktor produksi (dari aset dan tenaga kerja), dan transfer uang.

Kalau sebuah negara mencatat defisit transaksi berjalan, berarti negara itu menjadi peminjam neto dari negara lain, dan karenanya membutuhkan modal atau aliran finansial untuk menutup defisit tersebut.

Defisit transaksi berjalan yang besar membuat sebuah negara rentan terhadap gejolak ekonomi global, termasuk gejolak nilai tukar mata uang, dan kurang menarik di mata investor asing.

Berita Terkait

Ekonomi

Belasan Investor Kazakhstan Lirik IKN

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia...

Program Perumahan Salah Satu yang Diharapkan Buka Lapangan Kerja

Pemerintah terus menjalin kolaborasi dengan pelaku usaha untuk membuat...

Menko Airlangga Minta Pengusaha Tahan PHK dan Buka Program Magang Berbayar untuk Sarjana Baru

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta para pengusaha...

Berita Terkini