Kini Sebagian Besar Aliran Modal Global Beralih ke Emas dan Obligasi, Tinggalkan Dolar AS

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) di Jakarta, 18-19 Maret 2025, menyatakan ketidakpastian global tetap tinggi akibat kebijakan pengenaan tarif impor yang lebih tinggi oleh Amerika Serikat (AS) yang makin luas terhadap berbagai negara terutama China, Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa.
Di AS kebijakan tarif impor berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di tengah meningkatnya pemberian insentif fiskal, sementara laju penurunan inflasi tidak secepat yang diprakirakan.
Mengutip keterangan resmi hasil RDG BI itu, Rabu (19//3/2025), ekonomi Eropa, Jepang, dan India juga terkena dampak rambatan kebijakan tarif impor AS tersebut, di tengah permintaan domestik yang belum meningkat akibat keyakinan usaha yang rendah dan ekspor yang melambat.
Sementara pelemahan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebagai akibat kebijakan tarif impor AS yang tinggi, tertahan dengan kebijakan pelebaran defisit fiskal 2025. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 diprakirakan sebesar 3,2 persen.
Baca juga: Selama Januari-Februari Modal Asing Cabut dari Bursa Saham Rp21,90 Triliun
Di pasar keuangan global, ketidakpastian masih berlanjut diwarnai oleh penurunan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS atau US Treasury Note (UST) dan melemahnya indeks mata uang dolar AS (DXY), di tengah ketidakpastian penurunan bunga acuan bank sentral AS The Fed atau Fed Funds Rate (FFR).
“Aliran modal global yang semula terkonsentrasi ke AS, kini bergeser sebagian besar ke komoditas emas dan obligasi di negara maju dan negara berkembang,” tulis hasil RDG BI tersebut.
Sementara portofolio investasi saham masih terkonsentrasi ke negara maju di luar AS, dan belum masuk ke negara emerging market (EM) seperti Indonesia. Pasar saham Indonesia sendiri anjlok tajam dengan indeks mendekati 6.000.
Menurut RDG BI, tetap tingginya ketidakpastian global tersebut memerlukan respons kebijakan yang tepat dan terkoordinasi dengan baik, untuk memperkuat ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.