Moody’s Juga Bilang Surat Utang Luar Negeri Indonesia Masih Investment Grade

Lembaga pemeringkat Moody’s menilai ekonomi Indonesia tetap resilien (tangguh), didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil dan solid serta kredibilitas kebijakan moneter dan fiskal yang terjaga.
Klaim itu disampaikan Bank Indonesia melalui keterangan resmi di Jakarta akhir pekan ini (20/3/2025). Moody’s menilai ekonomi Indonesia tetap kuat didukung keunggulan sumber daya alam dan bonus demografi yang besar.
Selain itu otoritas moneter dan fiskal Indonesia juga tetap menjaga kredibilitas kebijakan yang mendukung stabilitas makro ekonomi domestik. Karena itu berbagai faktor itu, Moody’s mempertahankan surat utang luar negeri atau sovereign credit rating (SCR) Indonesia di level investment grade atau Baa2 dengan outlook stabil.
Sebelumnya peringkat investment grade terhadap SCR Indonesia itu juga disematkan lembaga pemeringkat utang global Fitch Rating di level BBB dengan outlook stabil.
Investment grade adalah penilaian yang diberikan lembaga pemeringkat kredit global seperti Moody’s, S&P, dan Fitch terhadap utang sebuah negara atau korporasi, yang menunjukkan penerbit utang memiliki kemampuan yang kuat untuk melunasi utangnya.
Utang dengan peringkat investment grade dianggap memiliki risiko gagal bayar yang rendah, sehingga investor boleh merasa lebih aman berinvestasi dalam surat utang tersebut.
Peringkat yang termasuk dalam kategori investment grade biasanya adalah AAA, AA, A, dan BBB (atau Baa1, Baa2, Baa3 pada skala Moody’s.
Karena risiko gagal bayar yang rendah, utang dengan peringkat investment grade biasanya menawarkan imbal hasil (yield) yang lebih rendah dibanding utang dengan peringkat non-investment grade (junk bond).
Investor cenderung berinvestasi dalam surat utang dengan peringkat investment grade. Sedangkan penerbit utang akan berupaya membuat peringkat surat utangnya investment grade, agar mudah mendapatkan utang dengan bunga lebih rendah.
Baca juga: Fitch Pertahankan Peringkat Utang Indonesia Investment Grade
Moody’s menilai permintaan domestik yang kuat, khususnya dari konsumsi rumah tangga, serta investasi, menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 dan 2026.
Keberlanjutan kebijakan untuk mendorong daya saing sektor manufaktur dan komoditas, dinilai Moody’s berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan berkelanjutan.
Merespons penilaian Moody’s itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, penilaian Moody’s terhadap resiliensi ekonomi Indonesia, menjadi salah satu indikator positif yang mencerminkan keyakinan dunia internasional terhadap fundamental ekonomi domestik yang solid di tengah tingginya ketidakpastian keuangan global.
“Hal itu didukung komitmen otoritas dalam menjaga kredibilitas serta memperkuat sinergi kebijakan, guna memastikan stabilitas makroekonomi tetap terjaga,” kata Perry.