Sabtu, September 6, 2025
HomeNewsEkonomiInvestor Ramai-Ramai Tinggalkan Dolar, Tapi Tidak Membuat Rupiah Menguat

Investor Ramai-Ramai Tinggalkan Dolar, Tapi Tidak Membuat Rupiah Menguat

Perang tarif yang kian agresif antara Amerika Serikat (AS) dan China membuat pemilik uang atau investor portofolio ketar-ketir. Karena itu mereka ramai-ramai mengalihkan investasi ke emas yang dianggap sebagai aset yang aman (safe haven).

Pengenaan tarif impor (resiprokal) oleh AS yang kian tinggi dan dibalas China dengan tarif impor dari AS yang tinggi juga, membuat sejumlah kalangan termasuk dua bank global memprediksi AS akan jatuh ke jurang resesi. Karena itu memegang dolar AS dianggap investor bukan pilihan rasional lagi.

Emas pun diburu sehingga harganya terus melambung, terakhir sekitar USD3.327 per troy ons (31,1035 gram) atau sekitar Rp1,8 juta per gram dengan kurs Rp16.800 per USD. Bahkan, di Pegadaian harga emas Antam sudah menembus Rp2 juta per gram.

Namun, perkembangan itu tidak membuat nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS (USD). Penyebabnya, seperti halnya dolar AS, rupiah juga dianggap sama berisikonya saat ini dan karena itu dilepas investor.

Mengutip laporan Bank Indonesia (BI) melalui Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, Kamis (17/4/2025), pada akhir perdagangan Rabu, 16 April 2025, rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.820 per USD, melemah dibanding penutupan perdagangan Kamis pekan lalu di level Rp16.795.

Baca juga: Cadangan Devisa Catat Rekor Lagi, Tapi Rupiah Hanya Menguat Tipis

Pemburukan rupiah itu terjadi saat indeks dolar atau DXY makin melemah ke level 99,38 dari 100,87 Kamis pekan lalu. DXY adalah indeks yang menunjukkan pergerakan USD terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss).

Juga bersamaan dengan menurunnya imbal hasil atau yield surat utang pemerintah AS atau US Treasury (UST) Note tenor 10 tahun turun ke level 4,277 persen dibanding 4,425 persen Kamis pekan lalu.

Apalagi, yield Surat Berharga Negara (SBN) terbitan pemerintah Indonesia tenor 10 tahun, juga turun ke level 6,93 persen dibanding 7,026 Kamis pekan lalu sehingga makin tidak menarik di mata investor.

Pada awal perdagangan Kamis, 17 April 2025, rupiah dibuka sedikit menguat ke level (bid) Rp16.810 per USD, dan yield SBN 10 tahun stabil di level 6,93 persen.

Namun pada akhir perdagangan, rupiah kembali melemah menjadi Rp16.833 per USD di pasar spot antar bank atau JISDOR (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate), dibanding penutupan perdagangan Jum’at pekan lalu yang tercatat di level Rp16.805.

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini