Penghasilan Menurun, Masyarakat Terus Kuras Tabungan untuk Penuhi Kebutuhan

Survei konsumen Bank Indonesia Maret 2025 yang dipublikasikan pekan ini mengungkapkan penurunan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ke depan. Tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang terus melorot selama tiga bulan pertama tahun ini. IKK Maret 2025 tercatat 121,1, jauh lebih rendah dibanding Februari (126,4) dan Januari (127,2).
Seluruh komponen pembentuk IKK itu melorot kendati masih di zona optimis (indeks >100). Yaitu, Indeks Penghasilan Saat Ini (IPSI), Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK), dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (IPDG), dengan penurunan terdalam terjadi pada IKLK dari 106,2 menjadi 100,3, diikuti IPDG dari 113,7 menjadi 110,2, dan IPSI dari 122,7 menjadi 121,3.
Kaum menengah dan menengah atas (kelompok pengeluaran Rp2,1-3 juta, Rp3,1-4 juta, dan Rp4,1-5 juta) tercatat paling merosot IPSI-nya. Terdalam terjadi pada kaum menengah bawah (pengeluaran Rp2,1-3 juta) dari 121 menjadi 110,5, diikuti kaum menengah (Rp3,1-4 juta) dari 121,5 mnejadi 117,6, dan kaum menengah atas (Rp4,1-5 juta) dari 127,5 menjadi 123,8.
Baca juga: Konsumen Kompak Bilang, Ekonomi Makin Tidak Baik-Baik Saja
Penghasilan merosot, sementara konsumsi dan pembayaran cicilan utang harus tetap berjalan, maka tabungan pun terus dikuras.
Pada Maret 2025, survei konsumen BI itu mengungkapkan, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) dan proporsi pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) tercatat sebesar 75,3 persen dan 10,8 persen. Meningkat dibanding Februari (74,7 persen) dan Januari (73,6 persen) untuk konsumsi, serta 10,6 persen (Februari) dan 11,1 persen (Januari) untuk cicilan utang.
Proporsi konsumsi terindikasi meningkat pada responden dari kalangan bawah (pengeluaran Rp1-2 juta) dari 76,2 persen menjadi 79,0 persen, menengah dari 74,5 menjadi 74,7 persen, dan kalangan atas (pengeluaran >Rp5 juta) dari 67,9 menjadi 70,8 persen. Sedangkan kaum menengah bawah dan menengah atas menurun konsumsinya.
Sementara porsi pendapatan yang ditabung mengalami penurunan pada seluruh kelompok pengeluaran. Penurunan terdalam pada kaum bawah (dari 15,3 menjadi 13,9 persen) dan kaum atas (dari 16,3 menjadi 14,9 persen), diikuti kaum menengah (dari 14,4 menjadi 13,2 persen) dan menengah atas (dari 15,7 menjadi 14,7 persen). Hanya kaum menengah bawah yang meningkat proporsi tabungannya dari 13,4 menjadi 14,2 persen.