Dolar AS Kian Ditinggalkan, Modal Asing Makin Deras Masuk, Borong SBN

Pergeseran aliran modal dari AS ke negara dan aset yang dianggap aman (safe haven asset) yang terus berlanjut, mulai diikuti dengan peningkatan aliran modal ke emerging markets (EM) termasuk Indonesia.
Tren itu membuat indeks dolar AS (DXY) terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (DXY) terus melemah, juga terhadap terhadap mata uang negara berkembang di Asia (ADXY) tak terkecuali Indonesia.
Didukung terus menurunnya premi resiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun, semua itu membuat aliran masuk modal asing portofolio ke Indonesia makin deras.
Premi CDS Indonesia 5 tahun per 22 Mei 2025 tercatat sebesar 82,20, terus menurun dibanding 15 Mei 2025 yang tercatat sebesar 83,34 bps, 9 Mei 2025 sebesar 88,93 bps, dan 2 Mei sebesar 94,63.
Sepanjang dua pekan sebelumnya. Yaitu, 5-8 Mei 2025 aliran masuk modal asing (beli neto) tercatat hanya Rp0,12 triliun, dan pekan berikutnya selama 2 hari (14-15 Mei 2025) beli neto Rp4,14 triliun.
Baca juga: Premi Risiko Investasi Indonesia Terus Menurun, Modal Asing Makin Ramai Masuk
Namun, mengutip laporan Bank Indonesia, Jum’at (23/5/202%0, selama pekan ini (19-22 Mei 2025), nonresiden atau asing tercatat beli neto Rp14,73 triliun.
Terdiri dari beli neto Rp1,54 triliun di pasar saham dan Rp14,13 triliun di pasar SBN, dikurangi jual neto (aliran keluar modal asing) Rp0,95 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Aliran masuk dan keluar modal asing portofolio penting dicermati, karena mempengaruhi nilai tukar rupiah. Aliran modal asing yang menderas masuk lazimnya memperkuat dan menstabilkan nilai tukar rupiah, yang selanjutnya mempengaruhi kestabilan perekonomian.
Karena makin deras masuk, secara tahun kalender, defisit aliran modal asing pun makin mengecil. Sepanjang Januari – 22 Mei 2025, nonresiden tercatat jual neto Rp47,52 triliun di pasar saham dan Rp14,52 triliun di SRBI, serta beli neto Rp40,06 triliun di pasar SBN.
Dengan kata lain aliran masuk modal asing portofolio masih mencatat minus Rp21,98 triliun. Namun, minusnya sudah jauh berkurang dibanding pekan lalu yang mencapai Rp43,97 triliun.