Premi Resiko Investasi Makin Rendah, Aliran Masuk Modal Asing Terus Membesar

Terus menguatnya nilai tukar rupiah juga dipicu oleh aliran masuk modal asing portofolio yang terus membesar, setelah selama Maret-April terus keluar dari Indonesia terutama dari pasar saham. Terlebih premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun terus menurun.
Menurut laporan Bank Indonesia, premi CDS Indonesia 5 tahun per 27 Mei 2025 tercatat sebesar 79,33 bps, turun dibanding 23 Mei 2025 yang mencapai 82,56 bps.
Memang, dibanding tahun lalu, premi CDS Indonesia itu masih terbilang tinggi. Sebagai perbandingan, premi CDS Indonesia 5 tahun pada 20 Juni 2024 hanya 76,04 bps, akhir Desember 2024 menjadi 76,02 bps, dan 2 Januari 2025 sebesar 78,00 bps.
CDS adalah kontrak antara penjual dan pembeli CDS, dengan membayar biaya (premi tetap) selama periode tertentu (maturity) ditambah kompensasi tertentu bila terjadi gagal bayar.
Premi CDS yang tinggi mengindikasikan para investor menaikkan pembelian asuransi kredit dari sebuah institusi atau negara penerbit surat utang, karena menilai situasi investasi saat ini lebih berisiko daripada sebelumnya.
Dengan kata lain, premi CDS yang tinggi mencerminkan kekhawatiran investor yang juga tinggi terhadap risiko investasi di Indonesia, baik karena faktor eksternal maupun internal.
Namun, penurunan premi CDS ke bawah 80 bps tersebut sudah berdampak positif terhadap aliran masuk modal asing portofolio, yang kerap mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Asing makin bersemangat masuk ke Indonesia.
Baca juga: Dolar AS Kian Ditinggalkan, Modal Asing Makin Deras Masuk, Borong SBN
Berdasarkan transaksi selama 26 – 27 Mei 2025, BI mencatat nonresiden atau asing tercatat beli neto (aliran modal masuk) Rp1,50 triliun. Terdiri dari beli neto Rp0,11 triliun di pasar saham dan Rp2,02 triliun di pasar SBN, serta jual neto Rp0,63 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Kecil memang nilai aliran modal asing yang masuk pekan ini, karena pasar hanya buka tiga hari. Namun, secara agregat, aliran masuk modal asing terus membesar sehingga defisit atau selisih antara modal yang masuk (beli neto) dan yang keluar (jual neto) makin mini.
Modal asing paling banyak masuk masih ke SBN. Sedangkan modal asing yang keluar paling banyak dari pasar saham.
Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen s.d. 27 Mei 2025, nonresiden tercatat beli neto Rp47,10 triliun di pasar SBN, serta jual neto Rp45,34 triliun di pasar saham dan Rp7,22 triliun di SRBI.
Dengan demikian defisit atau selisih antara modal asing yang masuk (beli neto) dan yang keluar (jual neto) per 27 Mei 2025 hanya Rp5,46 triliun, dibanding Rp21,98 triliun pada 22 Mei 2025.