Senin, Oktober 20, 2025
HomeNewsEkonomiMenperin Ingatkan Industri Domestik Bersiap Hadapi Dampak Perang Israel-Iran

Menperin Ingatkan Industri Domestik Bersiap Hadapi Dampak Perang Israel-Iran

Eskalasi konflik militer Israel-Iran membuat gangguan signifikan di pasar global, yang memicu resiko kenaikan biaya produksi, peningkatan biaya logistik, dan pelemahan permintaan ekspor bagi sektor manufaktur termasuk manufaktur Indonesia.

Dampak langsung konflik Israel-Iran itu paling terlihat di pasar energi, karena Timur Tengah menyumbang hampir 30 persen minyak dunia. Gangguan pada produksi minyak Iran yang mencapai 3,2 juta barel per hari, akan mengganggu pasokan dan memicu fluktuasi harga energi di pasar internasional.

Harga minyak Brent telah berfluktuasi antara USD73 hingga USD92 per barel paska perang Iran-Israel, dengan analis memperingatkan potensi kenaikan harga 15-20 persen pada 2025.

Volatillitas harga energi dunia itu makin tinggi, seiring dengan munculnya ancaman penutupan selat Hormuz yang merupakan urat nadi jalur pasokan energi dunia.

Karena itu Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan pentingnya memitigasi risiko dampak perang Iran-Israel tersebut pada industri domestik. Terutama terkait ketergantungan pada energi impor.

Mitigasi juga dibutuhkan mengantisipasi gangguan pada rantai pasok global, terutama pada rantai pasok bahan baku industri karena jalur logistik bahan baku dan produk ekspor industri melewati Timur Tengah. Karena ada perang, jalur bisa dialihkan melalui Tnjung Harapan, Afrika Selatan, yang membuat biaya logistik menjadi jauh lebih tinggi.

Menperin juga mengingatkan industri manufaktur Indonesia, memitigasi dampak konflik regional itu terhadap gejolak nilai tukar mata uang yang berakibat terhadap kenaikan harga input produksi dan penurunan daya saing ekspor produk industri.

“Energi bagi industri adalah vital. Tidak hanya sebagai sumber sarana produksi, tapi juga bahan baku dalam proses produksi. Karena itu, industri dalam negeri perlu lebih efisien menggunakan energi dalam proses produksi,” kata Agus Gumiwang melalui keterangan tertulis pekan ini.

Baca juga: Mei PMI Manufaktur Indonesia Membaik Tapi Masih di Zona Kontraksi

Selain itu Menperin juga menyarankan industri berupaya mendiversifikasi sumber energinya. “Industri nasional harus mulai mengandalkan sumber energi domestik, termasuk energi baru dan terbarukan seperti bioenergi, panas bumi, serta memanfaatkan limbah industri sebagai bahan bakar alternatif,” jelasnya.

Menperin juga menyoroti urgensi hilirisasi produk agro, sebagai respons strategis terhadap dampak tidak langsung perang Iran–Israel terhadap ekonomi global.

Konflik tersebut akan melonjakkan biaya logistik internasional, mendorong inflasi global, dan memicu gejolak nilai tukar mata uang negara berkembang termasuk Indonesia.

“Ketiga faktor itu meningkatkan harga bahan baku dan produk pangan impor. Maka solusinya, hilirisasi produk pangan dalam negeri. Industri kita harus mengambil peran dalam memproses hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan domestik, agar kita tidak terus bergantung pada bahan baku pangan impor,” kata Menperin.

Agus juga menghimbau industri dalam negeri memanfaatkan fasilitas LCS (Local Currency Settlement) dari Bank Indonesia, guna mengantisipasi dampak perang Iran-Israel terhadap gejolak nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama pada negara-negara yang telah menandatangani LCS dengan Indonesia.

Berita Terkait

Ekonomi

Program Magang Berbayar Dibuka Lagi November, Kali Ini Untuk 80 Ribu Sarjana/Diploma

Pemerintah melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sudah meresmikan peluncuran...

Senin Besok Penyaluran BLT Rp900.000/KK untuk 35 Juta KK Dimulai

Untuk mendongkrak daya beli masyarakat sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,...

Menko Airlangga: Bisa Jaga Pertumbuhan 5 Persen Per Tahun, Indonesia Jadi Negara Bright Spot

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut satu tahun...

Berita Terkini