Sabtu, September 6, 2025
HomeNewsEkonomiPertumbuhan Realisasi Investasi Terus Merosot

Pertumbuhan Realisasi Investasi Terus Merosot

Menurunnya kondisi keuangan dan kemampuan mencetak laba (rentabilitas) dunia usaha Indonesia selama tiga triwulan terakhir, juga mempengaruhi kemampuannya melakukan investasi baru.

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI) triwulan dua 2025 yang dirilis akhir pekan lalu mengungkapkan, realisasi investasi pada triwulan dua 2025 meningkat. Tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) investasi 5,63 persen dibanding 3,65 persen pada triwulan satu 2025.

Peningkatan realisasi investasi itu, terutama terjadi pada sektor pertambagan dan penggalian, manufaktur atau industri pengolahan, jasa pendidikan, informasi dan komunikasi, serta pengadaan listrik.

Namun, dibanding triwulan IV dan III 2024 dengan SBT investasi 9,59 persen dan 9,12 persen, realisasi investasi triwulan dua 2025 tersebut masih jauh lebih rendah.

Secara semesteran, SKDU BI triwulan dua 2025 itu menunjukkan penurunan konsisten jumlah pelaku usaha yang melakukan investasi pada semester satu 2025. Yaitu sebesar 22,5 persen dibanding 25,01 persen dan 25,28 persen pada semester I dan II 2024.

Nilai investasinya juga menurun. Tercermin dari Saldo Bersih (SB) nilai investasi semester I 2025 sebesar 48,90 persen, jauh berkurang dibanding 51,40 persen dan 66,61 persen pada semester I dan II 2024.

Baca juga: Munggu, Hot Spot Baru Investasi Properti di Bali

Secara triwulanan, SKDU BI triwulan II 2025 memperkirakan, pada triwulan III 2025 peningkatan realisasi investasi berlanjut dengan SBT investasi 7,77 persen.

Terutama ditopang investasi di sektor pertambangan dan penggalian terutama untuk pembelian alat berat, pengadaan mesin dan pengembangan smelter, industri pengolahan untuk pembelian/peremahaan mesin dan gedung, serta sektor pertanian, kehutanan dan perikanan untuk pembelian/perbaikan sarana produksi dan perluasan fasilitas penyimpanan.

Namun, perkiraan peningkatan realisasi investasi pada triwulan tiga 2025 itu, tetap masih lebih rendah dibanding triwulan IV dan III 2024 dengan SBT investasi 9,59 persen dan 9,12 persen.

Dengan penurunan kinerja keuangan dan rentabilitas, serta kemampuan melakukan investasi baru yang juga lebih rendah, jangan heran penyerapan tenaga kerja baru oleh dunia usaha Indonesia juga minus sehingga orang makin susah mendapatkan pekerjaan.

Alih-alih menyerap tenaga kerja baru, banyak perusahaan malah mengurangi tenaga kerja eksisting. Tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) tenaga kerja yang terkontraksi (minus) 0,34 persen pada triwulan II 2025, dibanding 0,97 persen pada triwulan I 2025, dan 0,86 persen pada triwulan IV 2024.

Baca juga: Temui Airlangga. Bos Temasek Diminta Terus Tambah Investasi di Indonesia

Yang paling banyak mengurangi pekerja adalah industri pengolahan atau manufaktur (SBT -54 persen), pertanian, kehutanan dan perikanan (SBT -0,38 persen), konstruksi (SBT -0,29 persen), pengadaan listrik (SBT -16 persen), serta transportasi dan pergudangan (SBT -0,10 persen).

Yang meningkat penyerapan tenaga kerjanya hanya lapangan usaha terkait pemerintahan (SBT 0,22 persen) menyusul peningkatan belanja pemerintah, jasa pendidikan (SBT 0,22 persen) terkait tahun ajaran baru, serta pertambangan dan penggalian (SBT 0,12 persen) terkait investasi baru.

Berita Terkait

Ekonomi

Belasan Investor Kazakhstan Lirik IKN

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia...

Program Perumahan Salah Satu yang Diharapkan Buka Lapangan Kerja

Pemerintah terus menjalin kolaborasi dengan pelaku usaha untuk membuat...

Menko Airlangga Minta Pengusaha Tahan PHK dan Buka Program Magang Berbayar untuk Sarjana Baru

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta para pengusaha...

Berita Terkini