Senin, Oktober 20, 2025
HomeNewsEkonomiKinerja Manufaktur Meningkat, Pelaku Industri Naikkan Produksi Meski Masih Hati-Hati

Kinerja Manufaktur Meningkat, Pelaku Industri Naikkan Produksi Meski Masih Hati-Hati

Manufaktur atau industri pengolahan adalah salah satu dari tiga sektor penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan share hampir 20 persen.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dikutip akhir pekan ini (1/8/2025) melaporkan, pada Juli 2025 kinerja manufaktur Indonesia makin ekspansif (indeks >50). Tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juli 2025 sebesar 52,89, meningkat 1,05 poin dibanding Juni 2025 sebesar 51,84, dan lebih tinggi 0,49 poin dibanding Juli 2024 sebesar 52,40.

Kenaikan IKI itu menurut Kemenperin mencerminkan ketangguhan sektor industri, di tengah ketidakpastian global dan pelemahan ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Tiongkok.

Kenaikan IKI Juli 2025 itu didorong peningkatan seluruh variabel pembentuknya. Peningkatan tertinggi pada indeks produksi sebesar 2,35 menjadi ke 48,99, meski masih berada dalam fase kontraksi (indeks <50).

“Variabel produksi masih terkontraksi (kendati meningkat tinggi), karena pelaku industri masih hati-hati menaikkan kegiatan produksi di tengah ketidakpastian global,” kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif.

Sementara indeks pesanan naik 0,19 poin menjadi 54,40, dan sebagai konsekuensinya indeks persediaan produk naik 1,29 poin menjadi 54,99.

Febri menyatakan, kenaikan variabel pesanan mencerminkan peningkatan permintaan, baik di dalam maupun dari luar negeri. Peningkatan permintaan domestik didukung kebijakan pro-industri, seperti Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2025 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

Dari sisi pasar, baik ekspor maupun domestik mencatatkan ekspansi. IKI ekspor Juli 2025 mencapai 53,35, meningkat 1,16 poin dibanding Juni 2025 sebesar 52,19. “Kenaikan ini menunjukkan permintaan luar negeri yang terus tumbuh terhadap produk manufaktur Indonesia, dan menjadi sinyal pelaku industri berhasil menjaga daya saingnya di pasar global,” terang Febri.

Baca juga: Kinerja Manufaktur Makin Mendekati Zona Kontraksi. Jumlah Pekerja Dikurangi

Kemenperin mencatat, pada Mei 2025 sektor yang mencapai nilai ekspor tertinggi adalah industri logam dasar sebesar USD4,6 miliar, diikuti industri makanan USD3,9 miliar, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia USD1,9 miliar, serta industri komputer dan barang elektronik USD1,08 miliar.

“Sementara sejumlah industri lain seperti industri aneka, di antaranya industri perhiasan, mengalami kenaikan ekspor hingga 152,55 persen secara bulanan (mtm), diikuti industri pencetakan dan reproduksi media rekaman yang ekspornya melesat 152,86 persen. Ini luar biasa, kenaikannya di atas 100 persen,” ungkap Febri.

Sedangkan IKI domestik naik 0,84 poin dari 51,32 (Juni 2025) menjadi 52,16 (Juli 2025). “Ini mencerminkan permintaan pasar dalam negeri tetap kuat, sejalan dengan upaya pemerintah menjaga daya beli dan mendorong penggunaan produk dalam negeri,” tambahnya.

Selain itu, kenaikan permintaan di pasar domestik juga didukung momentum liburan anak sekolah dan masuknya tahun ajaran baru.

Jubir Kemenperin menyebutkan, pemerintah tengah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk menyambut peluang besar dari kesepakatan dagang Indonesia–Uni Eropa (IEU-CEPA) dan kerja sama Indonesia–AS. “Kami akan mendorong pertumbuhan kawasan-kawasan industri baru yang diarahkan pada ekspor. Kami mengajak industri yang selama ini kesulitan menembus pasar ekspor, untuk bersiap memanfaatkan peluang ini,” ujar Febri.

Kemenperin mengajak pelaku industri ekspor, khususnya industri pakaian, alas kaki, dan furnitur, meningkatkan utilisasi produksi, serta memperkuat kualitas dan daya saing.

Dari 23 subsektor industri pengolahan yang dianalisis, 22 di antaranya menunjukkan ekspansi dengan kontribusi 99,9 persen terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan I 2025. Dua subsektor dengan dengan nilai IKI tertinggi adalah Industri Alat Angkutan Lainnya (KBLI 30) dan Industri Pengolahan Tembakau (KBLI 12). Sementara satu-satunya subsektor yang mengalami kontraksi adalah Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan (KBLI 33).

Baca juga: Triwulan II Kinerja Dunia Usaha Meningkat Signifikan, Didorong Belanja Pemerintah

Penjualan sepeda motor domestik yang meningkat 0,79 persen, mencapai 509.326 unit pada Juni 2025, ekspor kendaraan CBU yang mencapai 756.611 unit, dan peningkatan pesanan maritim dan gerbong kereta api yang diekspor ke Selandia Baru mendorong kenaikan kinerja subsektor Industri Alat Angkutan Lainnya.

Sementara IKI Subsektor Industri Pengolahan Tembakau meningkat, didorong oleh lonjakan pesanan luar negeri, terutama ekspor ke AS sebagai antisipasi sebelum diberlakukannya tarif Trump.

Sedangkan subsektor KBLI 33 mengalami kontraksi pada seluruh variabel (pesanan, produksi, dan persediaan), yang dipengaruhi oleh faktor musiman pengadaan barang dan jasa serta masih lesunya aktivitas jasa reparasi dan perawatan industri otomotif dan kapal. Di pihak lain Industri Kulit dan Alas Kaki (KBLI 15) kembali ekspansi, didorong pesanan ekspor menjelang penerapan tarif resiprokal AS dan investasi baru di Jawa Tengah.

Berita Terkait

Ekonomi

Program Magang Berbayar Dibuka Lagi November, Kali Ini Untuk 80 Ribu Sarjana/Diploma

Pemerintah melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sudah meresmikan peluncuran...

Senin Besok Penyaluran BLT Rp900.000/KK untuk 35 Juta KK Dimulai

Untuk mendongkrak daya beli masyarakat sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,...

Menko Airlangga: Bisa Jaga Pertumbuhan 5 Persen Per Tahun, Indonesia Jadi Negara Bright Spot

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut satu tahun...

Berita Terkini