Triwulan Dua Manufaktur Tumbuh Tinggi, Ditopang Industri-Industri Ini

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Selasa (5/8/2025), pertumbuhan ekonomi triwulan dua 2025 mencapai 5,12 persen (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan satu sebesar 4,87 persen.
Dari sisi produksi, lapangan usaha jasa lainnya mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 11,31 persen. Diikuti jasa perusahaan 9,31 persen, transportasi dan pergudangan 8,52 persen, akomodasi & makan minum 8,04 persen, informasi dan komunikasi 7,92 persen, industri pengolahan atau manufaktur 5,68 persen, perdagangan 5,37 persen, konstruksi 4,98 persen, administrasi pemerintahan 4,69 persen, serta sektor-sektor lainnya di bawah 4 persen.
Kendati hanya nomor 7 tertinggi pertumbuhannya, menurut BPS, manufaktur menjadi sumber pertumbuhan ekonomi triwulan dua 2025 terbesar. Yaitu, mencapai 1,13 persen, diikuti perdagangan 0,70 persen, infokom 0,53 persen, konstruksi 0,47 persen, dan lainnya 2,29 persen.
Hal itu bisa terjadi karena manufaktur merupakan penyumbang tertinggi pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto), mencapai 18,67 persen, diikuti pertanian 13,83 persen, perdagangan 13,02 persen, konstruksi 9,48 persen, pertambangan 8,59 persen, serta sektor-sektor lainnya antara 0,06 sampai 6,21 persen.
Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, kinerja manufaktur triwulan dua 2025 itu menunjukkan sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung dan motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Pertumbuhan industri pengolahan pada triwulan dua itu melonjak dibanding triwulan satu sebesar 4,55 persen, bahkan jauh lebih tinggi dibanding triwulan dua 2025 sebesar 3,95 persen,” katanya melalui keterangan tertulis pada hari yang sama.
Baca juga: Survei S&P Global: PMI Manufaktur Indonesia Membaik, Mendekati Zona Ekspansi
Agus menyatakan, kinerja positif industri pengolahan itu didorong peningkatan permintaan dari dalam dan luar negeri. Beberapa subsektor bahkan mencatatkan pertumbuhan yang sangat tinggi.
“Industri logam dasar tumbuh 14,91 persen, didorong oleh meningkatnya permintaan luar negeri terutama untuk produk besi dan baja,” ungkapnya.
Industri kimia, farmasi, dan obat tradisional juga menunjukkan kinerja solid dengan pertumbuhan 9,39 persen. Sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik untuk produk kesehatan serta ekspor bahan dan barang kimia.
Industri makanan dan minuman, salah satu andalan sektor manufaktur, mencatat pertumbuhan 6,15 persen. “Ditopang tingginya permintaan produk seperti CPO, minyak goreng, minuman, dan makanan olahan, baik di pasar domestik maupun luar negeri,” ujar Mneperin.
Selama semester satu 2025, Agus menyebut industri pengolahan mengalami pertumbuhan 5,12 persen, mencerminkan tren yang stabil dan positif sepanjang paruh pertama tahun ini.
Baca juga: Kinerja Manufaktur Meningkat, Pelaku Industri Naikkan Produksi Meski Masih Hati-Hati
Agus menyatakan manufaktur Indonesia masih berpotensi tumbuh lebih tinggi, di tengah dinamika ekonomi global yang tidak menentu.
Kemenperin terus berkomitmen untuk makin memperkuat daya saing dan produktivitas sektor industri melalui berbagai kebijakan strategis, dukungan investasi, serta penguatan struktur industri nasional, agar dapat terus menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Kami optimismis industri manufaktur masih memiliki potensi untuk tumbuh lebih tinggi, dan konsisten menjadi penyumbang terbesar perekonomian nasional,” pungkas Agus.