Kejahatan Scam Kian Mengkhawatirkan, Sampai Juli Kuras Duit Nasabah Rp4,1 Triliun

Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas PASTI) terus memonitor laporan penipuan keuangan melalui dunia maya (scam) yang disampaikan masyarakat di Indonesia kepada Indonesia Anti Scan Centre (IASC).
Mengutip hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (RDKB OJK) yang dipublikasikan pekan ini, sebanyak 22.993 nomor kontak dilaporkan korban scam.
Menindaklanjuti laporan itu, Satgas PASTI telah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital, untuk menganalisis dan melakukan pemblokiran nomor dimaksud jika terbukti dipakai untuk melakukan scam.
Kejahatan scam sendiri sudah masuk kategori mengkhawatirkan. Sejak diluncurkan 22 November 2024 sampai 29 Juli 2025, IASC menerima 204.011 laporan dari korban scam. Sebanyak 129.793 laporan disampaikan melalui bank dan penyedia sistem pembayaran, dan 74.218 laporan langsung disampaikan ke sistem IASC.
Jumlah rekening yang dilaporkan terkait penipuan sebanyak 326.283, dan jumlah rekening yang sudah diblokir sebanyak 66.271.
“Total kerugian yang telah dilaporkan Rp4,1 triliun, dan total dana korban yang bisa diblokir (hanya) Rp348,3 miliar. IASC terus berupaya meningkatkan kapasitas mempercepat penanganan kasus penipuan di sektor keuangan,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi (Kiki).
Baca juga: Pelaku Manfaatkan 6 Kondisi Psikologis Ini untuk Lakukan Scam
Jika kasusnya sederhana, duit nasabah bisa langsung dikembalikan. Bila kasusnya rumit, OJK harus lebih dulu mengajak aparat penegak hukum untuk memprosesnya, baru uang korban bisa dikembalikan.
Padahal, di pihak lain kejahatan scam hanya berlangsung dalam 10-12 menit. Itulah kenapa dana korban scam yang bisa diblokir IASC sangat kecil.
“Sektor perbankan paling banyak menjadi korban scam. Namun karena sekarang semua serba terhubung, kasus scam menjalar ke sektor-sektor lain seperti sistem pembayaran, marketplace, kripto, dan lain-lain,” ujar Kiki.
Karena itu semua sektor terkait pun berkolaborasi, dengan fokus bagi-bagi data intelijen antar industri, kampanye edukasi publik, dan inovasi kebijakan untuk memerangi scam sekaligus memperkuat kepercayaan dan keamanan digital.
“Harapan kita kolaborasi tidak hanya menyelamatkan uang nasabah, tapi juga menjaga kalau bisa jangan ada lagi yang kena scamming (melalui edukasi). Sekarang kan banyak yang kena, dan kita berupaya membantu menyelamatkan (uang) mereka,” tutup Kiki.