Pemerintah Pede Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen Tahun Depan

Presiden Prabowo Subianto menyatakan, APBN akan difungsikan sebagai katalis, sementara peran Danantara dan swasta harus makin diperkuat sebagai motor penggerak ekonomi.
Hal itu disampaikan Presiden dalam Pidato Pengantar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 dan Nota Keuangannya di Rapat Paripurna DPR, Jumat (15/8/2025).
Presiden menuturkan, pemerintah menyusun arsitektur APBN 2026 untuk mendukung agenda pembangunan nasional di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
“Belanja negara dialokasikan Rp3.786,5 triliun, pendapatan negara ditargetkan mencapai Rp3.147,7 triliun. Defisit APBN dirancang Rp638,8 trilun atau 2,48 persen PDB, ditopang pembiayaan yang prudent, inovatif, dan sustainable,” kata Presiden sebagaimana dikutip keterangan resmi Kementerian Keuangan.
APBN 2026 didesain tetap fleksibel agar mampu merespons dinamika dan potensi guncangan global. Guna menjaga kredibilitas fiskal, pemerintah menekankan pentingnya optimalisasi pendapatan, peningkatan efisiensi belanja, serta penguatan inovasi pembiayaan.
Baca juga: Di Luar Dugaan, Triwulan Dua Ekonomi Tumbuh 5,12 Persen. Ditopang Peningkatan Konsumsi dan Investasi
Pendapatan negara akan terus dioptimalkan, terutama melalui sektor perpajakan. Pajak ditegaskan sebagai instrumen keadilan sosial, di mana yang mampu wajib berkontribusi, sementara masyarakat kurang mampu tetap mendapat bantuan.
Sementara insentif fiskal tetap disediakan secara terukur untuk mendukung kegiatan ekonomi strategis, tanpa mengganggu iklim investasi dan keberlanjutan dunia usaha. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) akan diperkuat, agar dikelola secara produktif dan efisien demi menghasilkan nilai tambah maksimal bagi kesejahteraan rakyat.
Di sisi lain, kualitas belanja negara terus ditingkatkan. Untuk itu pemerintah mendorong efisiensi belanja dengan setiap rupiah yang dibelanjakan memberikan manfaat nyata, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan daya beli masyarakat, serta memperbaiki layanan publik.
“Ke depan belanja negara baik pusat maupun transfer ke daerah, didesain menjadi satu kesatuan, sehingga transfer ke daerah bukan satu-satunya instrumen untuk mewujudkan pemerataan ekonomi dan kesejahteraan seluruh rakyat. Subsidi energi dan bansos terus didorong lebih tepat sasaran, berbasis pada Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN),” ungkap Presiden.
Pembiayaan APBN juga akan dikelola secara hati-hati dan inovatif. Rasio utang dan defisit dijaga dalam batas aman. Skema pembiayaan kreatif akan terus dikembangkan dengan memaksimalkan peran Danantara serta keterlibatan swasta, guna mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan investasi tanpa membebani APBN secara berlebihan.
Baca juga: Terus Meningkat Optimisme Konsumen Memandang Kondisi Ekonomi. Kalangan Atas Paling Optimis
Dengan strategi pengelolaan fiskal yang sehat dan transformasi ekonomi yang efektif, pemerintah menargetkan sejumlah indikator ekonomi utama pada 2026. Yaitu, pertumbuhan ekonomi 5,4 persen, inflasi terkendali di level 2,5 persen, suku bunga SBN di kisaran 6,9 persen, dan nilai tukar di kisaran Rp16.500 per dolar AS.
Sementara tingkat pengangguran terbuka tahun 2026 ditargetkan turun ke 4,44 persen hingga 4,96 persen. Angka kemiskinan turun ke 6,5 persen hingga 7,5 persen. Rasio Gini turun ke 0,377 hingga 0,380, serta Indeks Modal Manusia sebesar 0,57. Selain itu, Indeks Kesejahteraan Petani dan penciptaan lapangan kerja formal ditargetkan meningkat.