Setelah Juli Catat Inflasi Tinggi, Agustus Ekonomi RI Alami Deflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Agustus 2025 Indonesia mencatat deflasi (penurunan indeks harga konsumen/IHK) sebesar 0,08 persen secara bulanan (mtm) setelah mengalami inflasi (kenaikan IHK) 0,30 persen pada Juli 2025.
Dengan deflasi Agustus itu, secara tahunan (yoy) Indonesia mencatat inflasi 2,31 persen dan 1,60 persen secara tahun kalender (ytd).
Menurun dibanding inflasi tahunan (yoy) Juli 2025 sebesar 2,37 persen, namun tetap jauh lebih tinggi dibanding Juni 2025 sebesar 1,87 persen, Mei 1,60 persen, April 1,95 persen, Maret 1,03 persen, Februari -0,09 persen atau deflasi, dan Januari 0,76 persen.
Sementara secara tahun kalender (ytd), inflasi Agustus 2025 juga menurun dibanding Juli 2025 sebesar 1,69 persen, kendati masih lebih tinggi dibanding Juni 1,38 persen, Mei 1,19 persen, April 1,56 persen, Maret 0,39 persen, Februari 1,24 persen, dan Januari -0,76 persen (deflasi).
Baca juga: Inflasi Meningkat Pesat, Juli Mencapai 2,37 Persen
Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS di Jakarta, Senin (1/9/2025), menyampaikan, berdasarkan data historis, setiap Agustus terjadi deflasi dalam empat tahun terakhir.
Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau yang mengalami deflasi 0,29 persen, dengan andil deflasi 0,08 persen. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi 0,18 persen, dengan andil inflasi 0,01 persen.
”Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran mengalami inflasi 0,10 persen, dengan andil inflasi 0,01 persen. Kelompok pakaian dan alas kaki mengalami deflasi 0,10 persen, dengan andil deflasi 0,01 persen,” jelas Ismartini.
Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tomat (0,10 persen), cabai rawit (0,07 persen), tarif angkutan udara (0,03 persen), dan bensin (0,02 persen).
Terdapat pula komoditas yang masih memberikan andil inflasi. Yaitu, bawang merah (0,05 persen) dan beras (0,03 persen). Andil inflasi beras disebabkan terjadinya inflasi beras 0,73 persen (mtm), merosot dibanding inflasi Juli 2025 sebesar 1,35 persen.
Berdasarkan komponen, deflasi Agustus 2025 utamanya didorong komponen harga bergejolak dengan andil deflasi sebesar 0,10 persen, dengan komoditas yang dominan tomat, cabai rawit, dan bawang putih.
Komponen harga diatur pemerintah juga mengalami deflasi dengan andil deflasi 0,02 persen, dengan komoditas yang dominan tarif angkutan udara dan bensin.
Sedangkan komponen inti mengalami inflasi, dengan andil inflasi sebesar 0,04 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah biaya kuliah akademi/PT, emas perhiasan dan biaya SD.
Baca juga: Terendah Sepanjang Sejarah, Inflasi 2024 Hanya 1,57 Persen
Secara tahunan pada Agustus 2025 terjadi inflasi 2,31 persen karena kenaikan IHK (Indeks Harga Konsumen) dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 108,51 pada Agustus 2025.
Inflasi tahunan itu utamanya didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 3,99 persen dan memberikan andil 1,14 persen. Komoditas dengan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah bawang merah, beras, ikan segar, minyak goreng, tomat, kopi bubuk, dan sigaret kretek mesin (SKM).
Komoditas lain di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi tahunan cukup dominan, adalah emas perhiasan, tarif air minum PAM, bahan bakar rumah tangga, dan nasi dengan lauk.