PMI Manufaktur Versi S&P Global Agustus 2025 Sejalan dengan IKI Kemenperin

Makin membaiknya manufaktur Indonesia yang ditandai dengan kembalinya PMI Manufaktur Indonesia versi S&P Global pada Agustus 2025 ke fase ekspansi dengan indeks 51,5 (indeks >50), sejalan dengan hasil survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) versi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang dilansir sebelumnya.
Pada Agustus 2025 IKI tercatat 53,55, meningkat 0,66 poin dibanding Juli 2025 sebesar 52,89. “PMI dan IKI sama-sama mengonfirmasi, pertumbuhan industri sedang menguat atau ekspansif. Ini menambah keyakinan kami, kebijakan pemerintah dalam menjaga daya saing industri berada di jalur yang tepat,” kata Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita melalui keterangan resmi, Senin (1/8/2025).
Penguatan IKI Agustus 2025 didukung peningkatan dua dari tiga variabel pembentuknya. Yaitu, indeks pesanan yang naik 2,98 poin ke 57,38 dan indeks persediaan produk yang meningkat 2,05 poin menjadi 57,04.
Baca juga: Manufaktur RI Kembali ke Fase Ekspansi. Produksi Naik, Rekrutmen Pekerja Meningkat
Sementara berdasarkan laporan S&P Global, pesanan baru pada Agustus 025 tumbuh untuk pertama kali dalam lima bulan terakhir, dengan volume ekspor mencatat kenaikan tercepat sejak September 2023. Kondisi ini mendorong perusahaan meningkatkan pembelian bahan baku dan menambah tenaga kerja.
“Industri kita mulai kembali agresif merespons permintaan pasar. Peningkatan pesanan ekspor juga menunjukkan produk manufaktur Indonesia makin dipercaya di pasar global,” ujar Agus.
Ke depan Menperin optimistis, pelaku industri tetap percaya diri memandang prospek pertumbuhan produksi. Sentimen positif ini didukung harapan membaiknya kondisi ekonomi, peluncuran produk baru, serta peningkatan daya beli masyarakat.
Menperin menambahkan, PMI manufaktur versi S&P Global tidak pernah menjadi tolok ukur oleh Kemenperin dalam melakukan analisis kondisi manufaktur Indonesia, tapi hanya sebagai salah satu indikator tambahan untuk melengkapi analisis.
“Bagi kami, IKI jauh lebih representatif karena melibatkan responden yang lebih besar sebanyak 2.500–3.000 perusahaan industri dari 23 subsektor,” terang Agus.
Baca juga: Optimisme Pelaku Industri Manufaktur Meningkat, Pesimisme Menurun
Manufaktur atau industri pengolahan adalah penopang utama perekonomian, karena menciptakan lapangan kerja formal, memberikan nilai tambah tinggi terhadap perekonomian, dan menyerap banyak tenaga kerja. Karena itu perkembangan manufaktur selalu mendapat sorotan, antara lain melalui PMI dan IKI yang dirilis berkala.
PMI atau IKI ekspansi (indeks >50) menunjukkan manufaktur bergairah karena permintaan meningkat, yang selanjutnya mengurangi stok, sehingga industri menaikkan produksi dan rekrutmen tenaga kerja, serta meningkatkan pembelian bahan baku dan lain-lain.
PMI kontraksi (indeks <50) menunjukkan sebaliknya. Manufaktur melesu karena permintaan menurun, stok tidak berkurang, yang selanjutnya menurunkan produksi dan kebutuhan terhadap tenaga kerja, sehingga perusahaan mengurangi pembelian bahan baku dan lain-lain.