Transaksi Lintas Negara dengan Mata Uang Lokal Melesat, Tapi di ASEAN Masih Kecil

Bank Indonesia (BI) melaporkan akhir pekan ini, hingga Juli 2025 transaksi lintas negara menggunakan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT) mencapai USD14,1 miliar (ekivalen). Melesat 112 persen (yoy) dibandingkan USD6,7 miliar pada periode yang sama 2024.
Angka itu juga setara dengan 87 persen dari total transaksi sepanjang 2024 yang mencapai USD16,28 miliar . Dari sisi pengguna, jumlah nasabah LCT meningkat menjadi rata-rata 7.568 per bulan pada 2025, dibandingkan 5.020 per bulan pada 2024.
Dari jumlah itu, LCT dengan sesama negara Asia Tenggara atau ASEAN masih terbilang kecil, mencapai sekitar USD2,64 miliar. Baru 3 negara di ASEAN yang sepakat menggunakan mata uang lokal dalam bertransksi. Yaitu, Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Bank Indonesia memulai kerja sama penggunaan mata uang lokal pada 2016 dengan Malaysia dan Thailand, dan resmi diimplementasikan pada 2018. Saat ini LCT sudah berkembang hingga melibatkan enam negara. Yaitu, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab selain Malaysia dan Thailand.
Transaksi LCT terbesar tercatat dengan Tiongkok, per akhir Juli 2025 ekivalen USD6,23 miliar, meningkat hampir tiga kali lipat dibanding ekivalen USD2,17 miliar pada periode yang sama 2024. Kemudian dengan Jepang ekivalen USD5,08 miliar, dan Malaysia ekivalen USD2,03 miliar.
Baca juga: BI-Singapura Sepakat “Tukeran” Mata Uang Lokal Hingga Rp100 Triliun
Sedangkan dengan tiga negara lain angkanya masih puluhan dan ratusan juta USD. Yaitu, dengan Thailand ekivalen USD644 juta, Korea Selatan ekivalen USD85 juta, dan Uni Emirat Arab ekivalen USD72 juta.
Karena itu dalam acara Joint ASEAN LCT Campaign di Yogyakarta, Kamis (18/9/2025), yang diselenggarakan BI bersama Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand, yang merupakan bagian dari rangkaian ASEAN Senior Level Committee on Financial Integration (SLC) ke-30, 18-19 September 2025, negara-negara sepakat ASEAN untuk makin memperkuat komitmen penggunaan mata uang lokal itu dalam transaksi lintas negara.
“LCT penting untuk mendorong arus perdagangan dan investasi yang lebih efisien, mengurangi risiko volatilitas nilai tukar, dan mendukung upaya pendalaman pasar keuangan, sehingga integrasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi ASEAN yang berkelanjutan dan inklusif dapat tercapai,” kata Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta dalam sambutannya pada acara tersebut. Selain itu LCT juga akan memperkuat integrasi keuangan ASEAN.
Mengutip keterangan tertulis Bank Indonesia, Direktur Departemen Internasional Bank of Thailand Nithiwadee Soontornpoch menyatakan, besarnya porsi perdagangan internasional Thailand dengan sesama negara ASEAN, potensi peningkatan LCT masih sangat besar.
Baca juga: BI-Bank Sentral China Sepakat “Tukeran” Rupiah dan Yuan Hingga Rp900 Triliun
Pandangan ini diperkuat oleh Asisten Gubernur Bank Negara Malaysia Mohamad Ali Iqbal Abdul Khalid. “Kolaborasi erat antar bank sentral (ASEAN) telah mendorong tren peningkatan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral, dan ke depan akan menjadi katalis pertumbuhan kawasan,” ucapnya.
Untuk meningkatkan konsistensi dan skalabilitas, Bank Indonesia, Bank Negara Malaysia, dan Bank of Thailand menyepakati harmonisasi LCT Operational Guidelines yang kini menjadi acuan regional, sehingga operasi lebih terstandar, transparan, dan memudahkan negosiasi antarnegara ASEAN.