Presiden AS Donald Trump dengan kebijakan suka-sukanya, masih menjadi salah satu faktor kunci yang mempengaruhi nilai tukar mata uang negara lain termasuk rupiah.

Setelah mengenakan tarif resiprokal kepada puluhan negara di dunia yang membuat perekonomian global melambat dan ketidakpastian tetap tinggi, sekarang Trump mengenakan sanksi kepada dua perusahaan minyak Rusia yang membuat harga minyak dunia meningkat.

Selain itu Trump juga akan mengenakan tambahan tarif 100 persen kepada beberapa produk China, terkait kisruh pasokan logam tanah jarang dan impor minyaknya dari Rusia. Eropa melengkapi kekisruhan dengan mengenakan sanksi kepada sejumlah figur kunci di Rusia. Semua itu dikarenakan Rusia dinilai emoh berdamai dengan Ukraina.

Semua kebijakan Trump itu sangat mempengaruhi Indonesia, karena harga minyak yang tinggi akan membuat devisa untuk mengimpor minyak makin besar, demikian pula subsidinya.

Selain itu sanksi atau pengenaan tarif tambahan untuk China, yang misalnya membuat ekonominya makin lesu, juga akan mempengaruhi Indonesia, karena China adalah tujuan ekspor terbesar produk-produk Indonesia.

Jangan heran nilai tukar rupiah makin melemah, karena investor ramai-ramai kabur dan melepas instrumen investasi dalam rupiah, beralih ke instrumen yang dianggap lebih aman seperti emas dan dolar AS.

Baca juga: Demi Jaga Nilai Tukar Rupiah, Bank Indonesia Pertahankan BI Rate 4,75 Persen

Gonjang-ganjing nilai tukar rupiah ini menjadi salah satu faktor yang melemahkan sektor riil di dalam negeri, karena harga perolehan bahan baku impor menjadi lebih tinggi.

Bank Indonesia melaporkan, Jum’at (24/10/2025), pada akhir perdagangan Kamis, 23 Oktober 2025, rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.600 per dolar AS (USD). Melemah tipis dibanding akhir perdagangan Kamis pekan lalu yang berada di level Rp16.565.

Kenaikan imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun ke level ke level 5,98 persen, tidak cukup kuat menahan pelemahan rupiah. Apalagi, pada saat bersamaan indeks dolar AS atau DXY menguat ke level 98,94.

Pada pembukaan perdagangan Jumat, 24 Oktober 2025, rupiah dibuka stabil di level (bid) Rp16.600 per USD, dan ditutup melemah 30 oin menjadi Rp16.630 per USD pada akhir perdagangan.

Dibanding Jum’at pekan lalu, nilai tukar rupiah itu melemah 30-40 poin. Pada awal perdagangan Jumat, 17 Oktober 2025, rupiah dibuka di level (bid) Rp16.570 per USD, sebelum ditutup di level Rp16.590 pada penutupan perdagangan.