Ada Whoosh, di Bandung Transaksi QRIS Turis Malaysia Paling Banyak
QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard adalah standar nasional kode QR Indonesia yang dibuat Bank Indonesia (BI) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), guna memfasilitasi transaksi pembayaran digital yang lebih mudah, cepat, dan aman.
Dengan QRIS, berbagai aplikasi pembayaran seperti dompet digital atau mobile banking, bisa melakukan transaksi hanya dengan memindai satu jenis kode QR yang sama.
Mengutip laporan B1, jumlah pengguna aktif QRIS per September 2025 mencapai lebih dari 57 juta orang, mencakup lebih dari 3,43 miliar transaksi senilai Rp579 triliun (data sampai semester I 2025).
Pertumbuhan pesat penggunaan QRIS itu (per September pertumbuhannya mencapai lebih dari 147 persen), didorong oleh makin banyaknya merchant yang menggunakan QRIS, terutama dari kalangan UMKM, serta makin luasnya adopsi QRIS di masyarakat sebagai alat pembayaran digital yang praktis dan aman.
Penggunaan QRIS itu kini juga tidak hanya oleh orang Indonesia, tapi sudah lintas negara, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Jepang, Korea, China (uji coba) dan menyusul beberapa negara lain.
Di Indonesia, wabil khusus di Bandung, turis Malaysia tercatat sebagai yang terbanyak menggunakan QRIS untuk bertransaksi atau melakukan pembayaran (inbound) cross border.
Di Bandung hal itu terutama dipicu oleh keberadaan kereta cepat Whoosh, yang menjadi moda transportasi favorit turis asing mengunjungi Bandung dari Jakarta, dengan yang terbanyak turis asal Malaysia.
“Paling banyak (turis Malaysia pakai QRIS) tuh di Bandung. Mereka ke Bandung naik Whoosh, karena kereta cepat di ASEAN kan baru ada di kita. Itu cukup massif penggunaan (QRIS oleh turis Malaysia) untuk bayar tiket Whoosh dan belanja di Bandung, juga di Tanah Abang (lokasi favorit wisata belanja lain turis Malaysia di Indonesia),” kata Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Himawan Kusprianto, sebagaimana dikutip Republika Online, akhir pekan lalu.
Baca juga: Dua Tahun Layani 12 Juta Pelanggan, Whoosh Penggerak Ekonomi Hijau, Pariwisata, dan UMKM
Ia menambahkan, QRIS menjadi daya tarik turis asing, karena layanan pembayaran digital itu mempermudah mereka melakukan transaksi apapun di Indonesia tanpa perlu menukarkan mata uangnya.
Sebelumnya Eva Chairunisa, General Manager Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), operator Whoosh, mengungkapkan, sejak beroperasi 17 Oktober 2023 hingga akhir September, Whoosh telah melayani 12 juta pelanggan. Dari jumlah itu, 566.000 adalah turis asing. “Dari 566 ribu turis itu, 43 persen adalah wisatawan asal Malaysia.
“Whoosh tidak hanya menjadi penghubung cepat Jakarta–Bandung, tapi juga daya tarik wisata modern melalui pengalaman berwisata di Indonesia dengan kereta berteknologi tinggi dan ramah lingkungan,” terang Eva.
Selain Malaysia, wisatawan asal Singapura juga mulai banyak menggunakan QRIS, meski jumlahnya belum sebesar Malaysia, karena belum semua merchant dan penerbit QR di Singapura mengadopsi QRIS. “Tapi perlahan-lahan perkembangannya akan meningkat,” ujar Himawan.
BI sendiri menilai, potensi transaksi QRIS lintas negara masih sangat besar. Penggunaannya saat ini baru sekitar 10 persen dari total potensi pasar yang ada. Integrasi pembayaran lintas negara itu diharapkan mendorong pertumbuhan perdagangan dan pariwisata di Indonesia.
Baca juga: Turis Asing yang Naik Whoosh Melonjak Selama Januari-Maret 2025
BI juga terus mendorong peningkatan transaksi lintas negara melalui skema local currency transaction (LCT), atau penyelesaian menggunakan mata uang lokal. Dengan cara itu, transaksi lintas negara tidak perlu lagi melalui dolar AS sebagai perantara.
“Dengan local currency transaction, settlement-nya nggak perlu ke dolar AS dulu, tapi langsung bilateral. Saat ini nilai LCT masih kecil, (setara) 500 juta dolar inbound (per bulan?), outbound 130 juta. Mudah-mudahan terus tumbuh,” tutur Himawan.
Menurut BI, penguatan QRIS dan LCT menjadi langkah strategis memperkuat ekosistem keuangan digital di kawasan ASEAN. Integrasi pembayaran lintas negara juga diharapkan mendorong pertumbuhan perdagangan dan pariwisata di Indonesia.