Banjir Likuiditas, Inflasi Pun Meninggi, Oktober 2025 Tertinggi Dalam 5 Tahun Terakhir
Banjir likuiditas sepanjang 2-3 bulan terakhir membuat belanja masyarakat meningkat tinggi. Jumlah uang beredar meningkat, dan orang-orang pun berbelanja. Salah satu indikatornya adalah inflasi yang makin meninggi, mendekati kisaran sasaran 2,5±1 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Oktober 2025 terjadi inflasi sebesar 0,28 persen secara bulanan (mtm), 2,86 persen secara tahunan (yoy), 2,10 persen secara tahun kalender (ytd), dan inflasi inti 2,36 persen (yoy). Inflasi Oktober 2025 jauh lebih tinggi dibanding 9 bulan pertama tahun ini.
Pada September 2025 inflasi mtm hanya 0,21 persen dan -0,08 persen (deflasi) pada Agustus 2025. Inflasi yoy September 2,65 persen, Agustus 2,31 persen, Juli 2,37 persen, Juni 1,87 persen, Mei 1,6 persen, April 1,95 persen, Maret 1,03 persen, Februari -0,09 persen (deflasi), dan Januari 0,76 persen.
Inflasi ytd September 1,82 persen, Agustus 1,60 persen, Juli 1,69 persen, Juni 1,38 persen, Mei 1,19 persen, April 1,56 persen, Maret 0,39 persen, Februari 1,24 persen, dan Januari -0,76 persen (deflasi). Demikian juga inflasi inti. Pada September 2025 hanya 2,19 persen (yoy), Agustus 2,17 persen (yoy).
“Secara historis setiap Oktober (2021—2025) selalu terjadi inflasi, kecuali Oktober 2022 yang mengalami deflasi. Inflasi Oktober 2025 tercatat sebagai yang tertinggi dibanding inflasi Oktober selama 2021—2024,” kata Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/11/2025).
Kelompok penyumbang inflasi mtm terbesar pada Oktober 2025 adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 3,05 persen. Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi 0,21 persen.
Baca juga: September Semua Kelompok Barang Mengalami Inflasi
Namun, ada komoditas yang masih memberikan andil deflasi pada Oktober 2025. Antara lain, bawang merah dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing 0,03 persen, tomat dengan andil deflasi 0,02 persen, serta beras, kacang panjang, dan cabai hijau dengan andil deflasi masing-masing 0,01 persen.
Berdasarkan komponen, inflasi Oktober 2025 utamanya didorong oleh inflasi komponen inti dengan andil inflasi sebesar 0,25 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan dan biaya kuliah akademi/perguruan tinggi.
Inflasi inti adalah inflasi atau peningkatan harga barang dan jasa tanpa memperhitungkan harga volatile food (bahan makanan bergejolak) dan administered price (harga barang/jasa yang diatur pemerintah) seperti BBM, listrik, rokok, dan tarif angkutan. Kenaikan inflasi inti merupakan cermin peningkatan konsumsi atau daya beli.
Khusus inflasi tahunan (yoy) sebesar 2,86 persen pada Oktober 2025 atau terjadi kenaikan IHK dari 106,01 (Oktober 2024) menjadi 109,04 (Oktober 2025), terang Pudji, terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 4,99 persen.
Baca juga: Terus Menurunnya Inflasi Inti, Konfirmasi Melemahnya Daya Beli
Komoditas dengan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah cabai merah. Komoditas lain di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi dominan adalah emas perhiasan.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi secara tahunan pada Oktober 2025, adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, sebesar 0,25 persen dengan andil deflasi 0,01 persen.
Menurut wilayah, secara tahunan seluruh provinsi mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Utara sebesar 4,97 persen, terendah di Papua sebesar 0,53 persen.