Sabtu, Oktober 25, 2025
HomeBerita PropertiGhofar "Relife" Nazila, Developer Pantang Serakah

Ghofar “Relife” Nazila, Developer Pantang Serakah

Apa tantangan terbesar selama membangun Relife?

Tidak komitmen dan serakah. Ini pantangan besar. Bisnis properti itu padat modal. Berbahaya kalau kita kesusu ingin cepat besar. Misalnya, kita punya Rp2 miliar dari proyek on going. Kita ambil Rp1,5 miliar untuk DP tanah di lokasi lain. Selama penjualan proyek lancar, tidak ada masalah. Tapi, kalau bermasalah, padahal tanah yang baru masih DP, semua proyek jadi nge-lock. Inilah yang membuat banyak developer di masa lalu jadi almarhum.

Pernah mengalami masalah serius selama berbisnis?

Pernah, cukup besar dan masuk headline news beberapa TV nasional sehingga mengguncang eksistensi kita. Di sini komitmen kita diuji. Kami punya turap (tanggul penahan) di belakang Cimanggis 1 setinggi lima meter dan tebal 1,5 meter. Turap itu rubuh dan menimpa rumah penduduk di bawahnya. Untung sedang tidak ada orang di rumah-rumah itu. Kejadiannya menjelang magrib. Saya langsung bikin posko 24 jam di lokasi. Saya dan seluruh staf nginep di situ kayak relawan. Warga protes. Tapi, saya bilang akan saya selesaikan semua. Dibangun (rumah) yang lebih baik atau kita bayar (tanahnya). Mereka bilang bayar. Kita kasi 2 – 3 kali lipat dari harga normal. Kita habis miliaran rupiah, tapi harus kita lakukan. Kalau tidak proyek dan eksistensi kami hancur. Saya memimpin langsung penyelesaiannya, tidak saya serahkan sama anak buah.

Bagaimana mendapatkan pengetahuan untuk mendukung bisnis Anda?

Latar belakang pendidikan sangat membantu. Selain itu saya berupaya menguasai detail proses sejak pengadaan tanah sampai serah terima rumah. Saya juga menyerap pengetahuan dari interaksi dengan birokrat, bankir, pejabat PLN, Telkom dan lain-lain. Saya berguru langsung kepada developer senior. Banyak orang baik yang mau berbagi ilmu gratis. Saya juga membaca banyak sekali buku. Seperti buku Hermawan Kertajaya yang membahas soal positioning, target pasar, segmentasi dan seterusnya. Buku ini (menunjukkan buku kisah Stanley Atmadja membesarkan Adira Finance) menjadi acuan kita menyusun strategic dan action planning. Sementara untuk produksi kita menjadikan Premier (developer asal Perancis) sebagai benchmark karena mereka concern pada kualitas. Krisis 1998 pun kita pelajari: siapa yang hancur, siapa yang bangkit dan siapa yang tumbuh lebih cepat. Luar biasa proses belajar di Relife.

O ya, kenapa kebanyakan proyek Anda di Depok?

Saya sudah lama tinggal di Depok. Nggak bisa kita memulai di daerah yang belum kita kenal. Selain itu ada kecocokan nilai. Depok dikenal sebagai kota dengan penduduk yang cenderung religius. Depok memberi peluang tumbuhnya pengembang dari kalangan muslim. Tapi, itu bukan berarti kita hanya berbisnis di Depok. Kalau mau besar kita harus mencari domain lain. Tahun depan kita pindah ke kantor baru milik sendiri di Jakarta. Dengan berkantor di Jakarta lingkup bisnis kita meluas.

Ghofar sudah membuat rencana jangka pendek, menengah dan panjang untuk Relife. Ia akan menjadikan Relife sebagai holding untuk tiga strategic business unit (SBU): property development, property management, dan property investment. Yang pertama yang sekarang berjalan. Dua lainnya mencakup pembangunan dan pengelolaan apartemen, hotel, rumah sakit, pusat belanja, perkantoran dan lain-lain. “Kita ingin muslim profesional mampu mengerek perusahaannya sampai besar. Banyak orang kaya muslim tapi kekuatan ekonominya belum kelihatan. Walapun ini tidak akan menjadi isu dalam bisnis saya, tapi saya ingin kita bisa menjadi solusi (cita-cita itu),” terangnya

 

Berita Terkait

Ekonomi

Trump Suka-Suka Bikin Kebijakan, Rupiah Kian Melemah

Presiden AS Donald Trump dengan kebijakan suka-sukanya, masih menjadi...

Pertumbuhan Ekonomi Digital Jakarta Tercepat di Asia Tenggara

Posisi Jakarta kian kuat sebagai salah satu ekonomi digital...

September Jumlah Uang Beredar Kian Besar. Tanda Ekonomi Terus Membaik?

Uang beredar adalah indikator aktivitas ekonomi. Kenaikan atau penurunan...

Bunga Masih Tinggi, Penyaluran Kredit Stagnan, Kredit yang Belum Dicairkan Besar

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, penurunan BI-Rate 150...

Berita Terkini