Kamis, Maret 28, 2024

Artikel Populer

Berita Terkait

Berita Lainnya

Artikel Terkini

Rusun Tebet Serasa di Apartemen Tengah Kota

Program pemerintah untuk menata kawasan kumuh sebenarnya sudah sejak lama dilakukan. Salah satunya dengan dibangunnya rumah susun (Rusun) Berlian di Jl Tebet Barat Raya, Jakarta Selatan. Rusun tersebut dibangun tahun 1995 di area seluas 3.000 m2 bekas pemukiman kumuh yang terbakar.

Menurut Yulia, Ketua Rukun Tetangga (RT) 01 yang membawahi 80 unit, di rusun setinggi empat lantai itu ada 320 unit hunian tipe 21 m2. Karena ada empat RT (Rukun Tetangga) warga Rusun Berlian bisa membentuk RW (rukun warga) sendiri. Yulia merupakan penghuni pertama di Blok A lantai dua sejak rusun tersebut diresmikan tahun 1996. Dulu ibu tiga anak ini tinggal di salah satu rumah yang terbakar di sana. Ia mulai tinggal di rusun tahun 1996 bersama ratusan keluarga lainnya  sebagai warga terprogram. “Sekarang warga terprogram hanya 25 persen, 75 persennya warga yang ngontrak,” katanya.

Rusun Tebet
Rusun Tebet

Yulia memiliki dua unit yang digabung menjadi satu. Dulu ia membeli seharga Rp13 juta/unit. Setelah dipotong dengan nilai rumahnya yang terbakar ia masih berhutang Rp8 juta yang diangsur Rp500 ribu/bulan selama 20 tahun. Meski aturannya tidak boleh dipindahtangankan, tapi kata Yulia, banyak yang diperjualbelikan di bawah tangan karena itu warga terprogramnya kian menyusut.

Hengky, warga Blok C lantai empat, membeli dari tangan kedua tahun 1997 dengan harga kurang lebih sama dengan Yulia. Ia tinggal berdua bersama istrinya. Menurutnya, tinggal di rusun lebih nyaman dan tertata karena ada pengelola yang mengurus soal kebersihan dan keamanan lingkungan. Henky mengakui dulu orang tinggal di rusun malu dan merasa terhina.  Sekarang tidak, malahan enak karena lingkungannya tertata, ke mana-mana dekat. “Di sini juga ada aula yang bisa dipakai warga kalau mau bikin acara keluarga yang bisa menampung 100 orang,” katanya. Yulia mengatakan, meski tampilan luarnya tampak sederhana dengan dinding batako tapi di dalamnya banyak yang sudah direnovasi menyerupai apartemen mewah.

Lantai paling bawah digunakan utuk area komersial dan tidak bisa diperjualbelikan. Yulia mengontrak dua unit dipakai untuk membuka usaha salon. “Sewanya 4,5 juta/unit/tahun, bayarnya ke Dinas Perumahan DKI di Tanah Abang,” jelasnya.

Yulia dan Henky mengaku betah tinggal di rusun kendati unitnya sempit dan harus menggunakan tangga. Hubungan dengan sesame penghuni cukup dekat dan sudah seperti saudara. Yulia menyebut tinggal di Rusun sebagai “satu atap seribu wajah.”

Uang retribusi untuk kebersihan dan keamanan cukup murah Rp180 ribu/bulan. Itu sudah termasuk biaya air Rp30 ribu dan parkir mobil Rp90 ribu (motor Rp30 ribu). Iuran sebesar itu juga dipakai untuk membayar tenaga keamanan (satpam) sebanyak delapan orang yang terbagi dalam 3 shift dan satu orang tenaga kebersihan di setiap lantai.

Meski merasa nyaman penghuni rusun mengeluhkan kenaikan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) tahun ini sebesar Rp1.549.000 dari sebelumnya Rp225 ribu. Yulia menduga pemerintah mulai menyadari kalau penghuni rusun bukan lagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sehingga PBB-nya dinaikkan cukup tinggi.

Calon penyewa yang berminat juga mudah mencarinya. Cukup browsing di internet nanti banyak penawaran mulai dari unit yang kosong hingga fully furnish (AC, pemanas air, furnitur, fasilitas parkir, dan sebagainya). Harga sewa fully furnish Rp20 juta-Rp22 juta/tahun. Yudis

Program pemerintah untuk menata kawasan kumuh sebenarnya sudah sejak lama dilakukan. Salah satunya dengan dibangunnya rumah susun (Rusun) Berlian di Jl Tebet Barat Raya, Jakarta Selatan. Rusun tersebut dibangun tahun 1995 di area seluas 3.000 m2 bekas pemukiman kumuh yang terbakar.

Menurut Yulia, Ketua Rukun Tetangga (RT) 01 yang membawahi 80 unit, di rusun setinggi empat lantai itu ada 320 unit hunian tipe 21 m2. Karena ada empat RT (Rukun Tetangga) warga Rusun Berlian bisa membentuk RW (rukun warga) sendiri. Yulia merupakan penghuni pertama di Blok A lantai dua sejak rusun tersebut diresmikan tahun 1996. Dulu ibu tiga anak ini tinggal di salah satu rumah yang terbakar di sana. Ia mulai tinggal di rusun tahun 1996 bersama ratusan keluarga lainnya  sebagai warga terprogram. “Sekarang warga terprogram hanya 25 persen, 75 persennya warga yang ngontrak,” katanya.

Rusun Tebet
Rusun Tebet

Yulia memiliki dua unit yang digabung menjadi satu. Dulu ia membeli seharga Rp13 juta/unit. Setelah dipotong dengan nilai rumahnya yang terbakar ia masih berhutang Rp8 juta yang diangsur Rp500 ribu/bulan selama 20 tahun. Meski aturannya tidak boleh dipindahtangankan, tapi kata Yulia, banyak yang diperjualbelikan di bawah tangan karena itu warga terprogramnya kian menyusut.

Hengky, warga Blok C lantai empat, membeli dari tangan kedua tahun 1997 dengan harga kurang lebih sama dengan Yulia. Ia tinggal berdua bersama istrinya. Menurutnya, tinggal di rusun lebih nyaman dan tertata karena ada pengelola yang mengurus soal kebersihan dan keamanan lingkungan. Henky mengakui dulu orang tinggal di rusun malu dan merasa terhina.  Sekarang tidak, malahan enak karena lingkungannya tertata, ke mana-mana dekat. “Di sini juga ada aula yang bisa dipakai warga kalau mau bikin acara keluarga yang bisa menampung 100 orang,” katanya. Yulia mengatakan, meski tampilan luarnya tampak sederhana dengan dinding batako tapi di dalamnya banyak yang sudah direnovasi menyerupai apartemen mewah.

Lantai paling bawah digunakan utuk area komersial dan tidak bisa diperjualbelikan. Yulia mengontrak dua unit dipakai untuk membuka usaha salon. “Sewanya 4,5 juta/unit/tahun, bayarnya ke Dinas Perumahan DKI di Tanah Abang,” jelasnya.

Yulia dan Henky mengaku betah tinggal di rusun kendati unitnya sempit dan harus menggunakan tangga. Hubungan dengan sesame penghuni cukup dekat dan sudah seperti saudara. Yulia menyebut tinggal di Rusun sebagai “satu atap seribu wajah.”

Uang retribusi untuk kebersihan dan keamanan cukup murah Rp180 ribu/bulan. Itu sudah termasuk biaya air Rp30 ribu dan parkir mobil Rp90 ribu (motor Rp30 ribu). Iuran sebesar itu juga dipakai untuk membayar tenaga keamanan (satpam) sebanyak delapan orang yang terbagi dalam 3 shift dan satu orang tenaga kebersihan di setiap lantai.

Meski merasa nyaman penghuni rusun mengeluhkan kenaikan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) tahun ini sebesar Rp1.549.000 dari sebelumnya Rp225 ribu. Yulia menduga pemerintah mulai menyadari kalau penghuni rusun bukan lagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sehingga PBB-nya dinaikkan cukup tinggi.

Calon penyewa yang berminat juga mudah mencarinya. Cukup browsing di internet nanti banyak penawaran mulai dari unit yang kosong hingga fully furnish (AC, pemanas air, furnitur, fasilitas parkir, dan sebagainya). Harga sewa fully furnish Rp20 juta-Rp22 juta/tahun. Yudis

Rekomendasi untuk Anda

Rekomendasi untuk Anda