HousingEstate, Jakarta - Pelambatan ekonomi China langsung berdampak terhadap perkembangan sektor properti di negeri itu. Pembangunan perumahan dan komersial tertekan pasar yang sedang lesu. Lebih-lebih pemerintah China gencar mengkampanyekan perang terhadap suap dan korupsi. Yang ikut terpukul proyek kota baru Ciputra Group di Shenyang di Propinsi Liaoning. “Siklus sektor properti di China saat ini sedang di bawah,” ujar Direktur Ciputra Grup, Agussurja Widjaja, kepada housing-estate.com di Jakarta, Senin (13/10).
Proyek kota baru Ciputra dengan nama Shenyang Grand International City itu dikembangkan terintegrasi di area seluas 313 hektar. Letaknya sekitar 20 km di utara pusat kota Senyang di distrik Shenbei. Sesuai master plan-nya, Shenyang Grand International City akan mencakup pembangunan 3.300 unit apartemen, 156 vila, 165 townhouses, resort hotel, dan padang golh 18 hole.
Dulu proyek properti Ciputra di luar negeri diharapkan menyumbang 20 persen pendapatan perseroan. Selain di China, Ciputra Group juga mengembangkan proyek properti di di Phnom Penh, Kamboja, dan Hanoi, Vietnam. Di dua kota ini proyek yang dikembangkan masing-masing luasnya 260 ha.
Di dua negara bertetangga ini proyek Ciputra dikembangkan dengan menggandeng mitra lokal sebagai pemilik lahan. Berbeda dengan di China, menurut Agus, dua proyeknya di Kamboja dan Vietnam keadaannya sudah lebih baik. “Di Kamboja dan Vietnam siklusnya berlangsung lebih dulu, sekarang proyek di sana sedang bergerak naik,” ujarnya.