HousingEstate, Jakarta - Kita sering melihat kamar pembantu atau asisten rumah tangga (ART) tidak didesain seperti kamar-kamar pemilik rumah, baik luasan, spek, maupun peletakannya. Karena itu kalau sebuah rumah menyediakan tiga kamar tidur plus satu kamar pembantu, di brosur akan disebutkan rumahnya dilengkapi kamar 3+1, bukan empat kamar.
Perlakuan seperti itu sebenarnya kurang layak. ART bagi kalangan menengah dan menengah atas urban terutama, adalah sosok yang sangat diandalkan. Sukses kaum super sibuk tersebut dalam kerja dan pengelolaan keluarga, tidak bisa dilepaskan dari jasa ART yang jumlahnya bisa lebih dari satu di sebuah rumah. Para ART itu bekerja sepanjang hari untuk penghuni rumah tanpa jadwal kerja dan istirahat yang jelas.
Ketika mereka mudik atau libur, pemilik rumah pun kalang kabut karena harus mengerjakan sendiri semua tugas di rumah. Karena jasanya yang demikian besar, sudah selayaknya ART dihargai, setara dengan kerja keras dan pengabdian mereka untuk tuan rumah dan keluarganya. Salah satunya dalam bentuk penyediaan kamar tidur yang sama layaknya.
Menurut arsitek Irianto PH, prinsipal konsultan arsitektur Antara, dalam sebuah wawancara dengan HousingEstate, sering secara ruang pemilik rumah sangat mungkin membuat kamar ART yang layak. Hanya, tidak punya niat mewujudkannya. Justru lahan untuk parkir mobil dibuat jauh lebih besar daripada area servis yang menjadi lokasi kamar ART. Padahal, ART juga manusia dengan kebutuhan yang sama. Kamar tidurnya misalnya, butuh udara segar yang bisa dihirup, cahaya alami yang bisa dilihat, suasana yang menyenangkan. Cahaya alami yang memasuki kamarnya juga memungkinkan pembantu melihat perubahan waktu.
Pembedaan yang bisa dilakukan, adalah besaran ruangnya. Minimal bisa memuat tempat tidur sepanjang 2 m, tidak boleh kurang dari itu. Ada area bebas di samping tempat tidur untuk sirkulasi, meletakkan lemari pakaian, serta meja dan kursinya.
Area servis
Karena ART adalah penghuni area servis berisi dapur, tempat cuci, ruang jemur-setrika dan lain-lain, area itu perlu didesain dengan baik sebagai tempat penghuninya bekerja, makan, duduk-duduk, dan tidur dengan aman dan nyaman.
Penempatan area servis bisa berdasarkan kebiasaaan atau kebutuhan. Ada yang meletakkannya di bagian depan rumah agar ART bisa memantau orang yang datang dan membukakan pintu. Ada juga yang mendekatkannya dengan ruang makan atau tempat cuci-jemur-setrika. “Area servis direncanakan dengan baik akan membuat kualitas rumah jadi jauh lebih baik,” ujar Irianto.
Ruang duduk dan akses
Seperti rumah yang punya ruang keluarga, area servis juga perlu dilengkapi ruang duduk sebagai tempat melepas lelah dan ajang kumpul para ART. Bentuknya bisa berupa ruang mini yang terbuka atau semi terbuka dengan suasana yang nyaman, misalnya dilengkapi dua kursi di depan sebuah pesawat TV.
Kamar mandi untuk ART bisa diletakkan di dalam kamarnya atau didekatkan dengan tempat cuci-jemur. Begitu pula area memasak, didesain berhubungan dengan ruang luar agar tidak lembab dan selalu sehat.
Akses dari area servis menuju ruang utama bisa melalui dapur atau ruang makan, sedangkan keluar rumah bisa dibuat lewat garasi. Pada rumah bertingkat, idealnya setiap lantai memiliki akses ke ruang servis tanpa melalui ruang utama.
Menyusul munculnya pandemi, bisa dibuatkan tempat menaruh barang kiriman dari luar di area servis. Untuk itu buatkan akses langsung yang aman dari halaman depan rumah ke area servis. Jadi, penghuni rumah termasuk ART tidak perlu kontak langsung dengan pengantar barang.